

Jenis-jenis Pertumbuhan Tanaman
LAPORAN
PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 5
1. Isabella Krisna Irawan (151510601150)
2.
Luhur Alif (151510501093)
3.
Muhammad
Pandu W (151510501094)
4.
Desya Dwi T. (151510601059)
5.
Nur Vita Firdaniah (151510601117)
6.
Dita Eka Sari (151510601130)
7.
Abdul Mukid (151510601160)
8.
Moh. Rifqi Hidayat (151510601165)
9.
Rolinda M. C. (151510601175)
10. Amanda Sinta O. (151510601182)
11. Ali Asmi G. (151510601193)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan adalah
proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat irreversible(tidak
dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat
adanya proses pembelahan sel. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif
karena pertumbuhan dapat diketahui dengan cara melihat perubahan yang terjadi
pada makhluk hidup yang bersangkutan. Contohnya adalah pertumbuhan pada
tumbuhan dapat di lihat dengan adanya perubahan tinggi babatang, menghitung
jumlah daun, jumlah bunga, dan lain-lain. Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada
makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan
suatu bilangan tatpi dapat di amati dengan mata telanjang. Proses perkembangang
dapat di lihat dengan terbentuknya organ-organ perkembangbiakan seperti
munculnya bunga pada tumbuhan yang kemudian di ikuti oleh buah atau umbi, dan
lain-lain.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik itu
terhadap tumbuhan maupun manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhinya berupa
faktor dari dalam (internal) maupun faktor yang berasal dari luar (eksternal).
Faktor luar yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah faktor
lingkungan, misalnya nutrisi, air, cahaya, suhu, dan kelembapan. Sementara faktor dalam adalah genetik(hereditas) ,enzim dan zat pengatur tumbuh (
hormon ). Macam-macam hormon yakni auksin, gas etilen, asam absisat, giberelin,
sitokinin, dan kalin.
Tanaman adalah
makhluk hidup yang termasuk dalam kerajaan plantae. Setiap tanaman,
pertumbuhannya dimulai dari proses perkecambahan. Perkecambahan
merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Perkecambahan terjadi
ketika kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air ke dalam
biji melalui proses imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa atau proses penyerapan
air pada biji oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein, pati,
selulosa, agar-agar, gelatin, liat dan lainnya yang menyebabkan zat tersebut
dapat mengembang setelah menyerap air. Apabila imbibisi tersebut sudah optimal,
dimulailah perkecambahan. Struktur yang pertama muncul, yang menyobek selaput
biji adalah radikula yang merupakan calon akar primer. Radikula adalah bagian
dari hipokotil. Pada bagian ujung sebelah atas daun lembaga yang melekat pada
kotiledon terdapat epikotil, epikotil tumbuh akan menjadi batang dan daun.
Sementara hipokotil terletak di bawah daun lembaga yang melekat pada kotiledon
dan akan tumbuh menjadi akar.
Berdasarkan dari letak kotilendonnya,
perkecambahan mempunyai dua jenis, yaitu jenis epigeal dan jenis hypogeal.
Epigeal adalah jenis perkecambahan di atas tanah, epigeal yaitu hipokotil yang
memanjang sehingga plumula dan kotiledon ke permukaan tanah dan kotiledon
tersebut berfotosintesis selama daun belum terbentuk. Sementara jenis hypogeal
adalah jenis perkecambahan di bawah tanah, epigeal yaitu epikotil yang memanjang
sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah,
sedangkan kotiledon tetap di dalam tanah. Contoh perkecambahan
epigeal adalah kacang tanah dan kedelai, sedangkan contoh tanaman dengan
perkecambahan hipogeal adalah jagung dan kacang kapri.
1.2 Tujuan
Supaya mahasiswa memahami dan mengerti
jenis-jenis pertumbuhan dan tanaman dan dapat membedakan berdasarkan morfologi
dan fungsinya.
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji.
Perkembangan bakal biji dimulai dengan
pembuahan ganda yang terjadi pada kantong embrio, kemudian bakal biji akan
berkembang menjadi biji.(Estiti B
Hidayat, 1995). Tumbuhan biji merupakan golongan tumbuhan dengan tingkat
perkembangan filogenetik tertinggi, yang sebagai ciri khasnya ialah adanya
suatu organ yang berupa biji. Biji berperan dalam perkecambahan, perkecambahan
merupakan peristiwa tumbuhnya embrio
di dalam biji menjadi tanaman baru. Dengan kata lain, munculnya tumbuhan kecil
dari dalam biji. Perkecambahan terjadi jika kandungan air dalam biji semakin
tinggi melalui proses imbibisi.(Gembong
Tjitrosoepomo, 1991). Pada perkecambahan, air sangat berperan penting untuk
terjadinya perkecambahan, karena sebagian besar biji mempunyai kandungan air
yang relatif rendah dan perkecambahan dimulai dengan penyerapan air penyerapan
air. Penyerapan air tersebut melalui proses imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa
masuknya air pada suatu benda. Jika proses imbibisi sudah optimal maka
dimulailah proses perkecambahan. Struktur yang awal muncul dan menyobek selaput
biji adalah radikula yang merupakan calon akar primer. Berdasarkan letak
kotiledonnya, ada dua tipe perkecambahan yakni epigeal dan hypogeal.(Maria
Ballo, Nio Song Ai, Dingse Pandiangan, dan Feky R Mantiri, 2012). Benih
berkecambah dimulai ketika biji kering bersentuhan dengan air di bawah kondisi
yang menguntungkan. Semakin biji tersebut kering maka proses imbibisnya atau
masuknya air akan lebih cepat. Karena biji yang kering itu sangat memerlukan
air dalam proses perkecambahan.(Karin Weitbrecht, Kerstin Muller, and Gerhard
Leubner-Metzger, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman merupakan
proses pertambahan ukuran yang meliputi volume, bobot, jumlah sel, dan disertai
dengan diferensiasi sel yang selanjutnya akan membentuk organ tanaman.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai makna yang
amat penting bagi makhluk hidup. Contohnya pada manusia, dengan tumbuh dan
berkembang manusia bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan
keturunannya.(Luluk Mukaromah, Tutik
Nurhidayati, dan Siti Nurfadilah, 2013).
Faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu faktor iklim dan faktor tanah. Iklim
salah satu faktor dalam pertumbuhan dan produksi tanaman yang paling sulit
dikendalikan, oleh sebab itu para petani umumnya menyesuaikan kegiatan
bertaninya dengan iklim setempat. Sedangkan Tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya tanaman.
Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan optimal jika kondisi tanah tempat
hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara.(Wahyudi dan
Sudin Panjaitan, 2011). Perubahan iklim
adalah perubahan jangka panjang yang signifikan dalam pola yang diharapkan dari
cuaca rata-rata daerah (atau seluruh bumi) selama periode waktu yang
signifikan. Perubahan iklim memang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan
dengan adanya pengaruh ini maka petani harus memahami kecocokan tanaman pada
kondisi iklim di daerahnya masing-masing.(Anupama Mahato, 2014).Pemanfaatan tanah untuk budidaya tanaman pangan
merupakan salah satu penyebab penurunan kadar bahan organik tanah, yang
kadarnya di daerah tropis mungkin lebih rendah daripada yang diduga. Tanah
perlu sangat diperhatikan sebab jika tanah mengalami penurunan kadarnya maka
secara otomatis pertumbuhan tanaman tidak tumbuh dengan optimal atau bahkan
terjadi kerusakan pada tanah tersebut. Oleh sebab itu penggunaan tanah harus
diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi tanah.(Linda Indrayati
dan Sudirman Umar, 2011).
Tanaman
memiliki pigmen hijau yang disebut klorofil dalam sel mereka, terutama di daun.
Pigmen berfungsi untuk fotosintesis. Tanaman biasanya dipengaruhi oleh faktor
biotik dan abiotik. Faktor biotik sangat berperan, misalnya secara ekosistem, tumbuhan sangat berperan sebagai
produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai
dekomposer. Dan secara ekologi, karena faktor biotik mempengaruhi lingkungan
sehingga tanaman dapat tumbuh. Sementara yang faktor abiotik sangat berperan
karena masing-masing tugasnya berhubungan erat dengan pertumbuhan tanaman.(W.G.
Dilantha Fernando, 2012). Analisis pertumbuhan tanaman dapat ditentukan dengan
pengukuran dan perhitungan yang berbeda. Analisis pertumbuhan adalah cara untuk
mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering.
Pertumbuhan tanaman bisa diukur tanpa menganggu tanaman tersebut dengan
pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun, namun lebih sering kurang
ketelitian kuantitatifnya.(Hamid Salehian dan Olia Eshaghi, 2012).
Bab
3 METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “ Jenis-Jenis
Pertumbuhan Tanaman “ dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 4 Oktober 2015
pukul 16.15-17.15 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.
Benih tanaman monokotil epigeal
(bawang merah)
2.
Benih tanaman monokotil hypogeal
(jagung)
3.
Benih tanaman dikotil epigeal
(kedelai)
4. Benih tanaman dikotil hypogeal (alpukat)
3.2.2 Alat
1.
Bak pengecambah
2.
Beaker glass
3. Kertas label
3.3 Cara Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan!
2.
Mengisi
bak pengecambah dengan bahan tanam hingga ½ bagian dari
tinggi bak pengecambah.
3.
Membuat lajur secara berurutan
dengan ditandai menggunakan kertas label pada setiap jenis beih dan
pengulangannya.
4.
Merendam benih pada air dalam
beaker glass selama 15 menit.
5.
Menanam benih pada bak
pengecambah.
6.
Melakukan perawatan dan
pemeliharaan setiap hari.
7. Melakukan
pengamatan akhir.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Jagung, Bawang Merah, Kedelai, dan
Alpukat
No
|
Jenis Tanaman
|
Ul
|
Gambar
|
Panjang H7 (cm)
|
Panjang H14 (cm)
|
||||
H
|
E
|
K
|
H
|
E
|
K
|
||||
1.
|
Jagung
|
1
|
0
|
11,1
|
0
|
13,8
|
32,8
|
46,6
|
|
2
|
0
|
11,3
|
0
|
12,3
|
32,4
|
44,7
|
|||
3
|
0
|
9,1
|
0
|
13,9
|
30,8
|
44,7
|
|||
2.
|
Bawang Merah
|
1
|
0
|
6,2
|
0
|
2,2
|
7,7
|
9,9
|
|
2
|
0
|
4,6
|
0
|
2,5
|
7,8
|
10,3
|
|||
3
|
0
|
1,9
|
0
|
1
|
6,7
|
7,7
|
|||
3.
|
Kedelai
|
1
|
0
|
0
|
0
|
14
|
8,1
|
28
|
|
2
|
0
|
0
|
0
|
9,8
|
5,1
|
20,1
|
|||
3
|
0
|
0
|
0
|
13,5
|
7,3
|
27,8
|
|||
4.
|
Alpukat
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4.2
Pembahasan
Dari tabel pengamatan di atas telah
menunjukkan terjadinya perbedaan pada proses perkecambahan jagung, bawang
merah, kedelai, dan alpukat. Proses perbedaan tersebut disebabkan karena jenis
pertumbuhan yang berbeda-beda pada setiap tanaman tersebut. Jenis pertumbuhan
yang terjadi pada keempat tanaman tersebut yaitu epigeal dan hipogeal.
Jagung merupakan salah satu serealia
yang strategis dan bernilai ekonomi serta mempunyai peluang untuk dikembangkan
karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein. Pada tabel
pengamatan tersebut pertumbuhan jagung mengalami peningkatan yang hampir sama.
Proses pertumbuhan jagung dilihat dari jenis perkecambahan hipogealnya,
ketiga-tiganya adalah 0cm pada hari ketujuh, sedangkan pada hari keempat belas
jagung mengalami peningkatan yaitu pada jagung pertama 13,8cm, jagung kedua
12,3cm, dan pada jagung ketiga 13,9. Jagung pertama dan ketiga mengalami
peningkatan yang hampir sama. Pada jenis perkecambahan epigeal jagung di hari ketujuh
mengalami peningkatan pesat dibanding dengan perkecambahan secara hipogeal,
yaitu pada jagung pertama 11,1cm, jagung kedua 11,3cm, dan pada jagung terakhir
9,1cm. Jagung pertama dan jagung kedua proses pertumbuhannya selisihnya kecil.
Sementara pada epigeal hari keempat belas mengalami peningkatan yang jauh
daripada hipogealnya. Jagung pertama pada hari keempat belas yaitu 32,8cm,
jagung kedua 32,4cm, dan jagung ketiga 30,8cm. Kecambah yang terjadi pada
jagung di hari ketujuh ketiganya adalah 0cm, sedangkan pada kecambah di hari
keempat belas, yaitu jagung pertama 46,6cm, jagung kedua 44,7cm, dan jagung
ketiga 44,7. Pada jagung kedua dan ketiga mengalami persamaan dari hari ketujuh
sampai hari keempat belas.
Bawang merah merupakan salah satu
komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat
dari nilai ekonomi maupun dari kandungan gizinya. Bawang merah merupakan jenis
perkecambahan monokotil epigeal. Hipogeal bawang merah pada hari ketujuh yakni,
bawang merah pertama sampai ketiga tidak mengalami perubahan yakni 0cm.
Sedangkan pada hipogeal hari keempat belas sudah mengalami peningkatan secara
perlahan, yaitu bawang merah pertama 2,2cm, bawang merah kedua 2,5cm, dan pada
bawang merah ketiga 1cm. Bawang merah ketiga merupakan pengukuran yang paling
kecil dibanding bawang merah pertama dan kedua. Dilihat dari epigealnya pada
hari ketujuh bawang merah pertama yaitu 6,2cm, bawang merah kedua 4,6cm, dan
pada bawang merah ketiga 1,9cm, sedangkan pada hari keempat belasnya bawang merah
pertama mengalami peningkatan yakni 7,7cm, bawang merah kedua 7,8cm, dan bawang
merah ketiga 6,7cm. Dilihat dari kecambahnya bawang merah pada hari ketujuh
ketiga-tiganya adalah 0cm, sementara pada hari keempat belas, bawang merah
pertama mencapai 9,9cm, bawang merah yang kedua 10,3cm, dan ketiga 7,7cm.
Pertumbuhan bawang merah dilihat dari hipogeal, epigeal, dan kecambahnya tidak
mengalami peningkatan yang terlalu jauh.
Kedelai merupakan komoditas
strategis yang uni tapi kontradiktif dalam system usahatani di Indonesia.
Kedelai termasuk jenis pertumbuhan dikotil hipogeal. Pertumbuhan pada kedelai
dilihat dari hipogeal, epigeal, dan kecambahnya pada hari ketujuh tidak
mengalami peningkatan pada ketiga tanaman tersebut. Sementara pada hari keempat
belas tanaman kedelai mulai mengalami peningkatan secara menyeluruh.
Pertumbuhan hipogeal kedelai pertama 14cm, kedelai kedua 9,8cm, dan pada
kedelai ketiga 13,5cm. Pada epigealnya, kedelai pertama 8,1cm, kedua 5,1cm, dan
ketiga 7,3cm. Pertumbuhan epigealnya pada kedelai pertama dan ketiga mengalami
perbandingan yang hampir sama. Dan kecambahnya pada kedelai pertama yaitu 28cm,
kedua 20,1cm, dan ketiga adalah 27,8cm, pada kecambahan juga mengalami
perbandingan yang tipis yaitu pada kedelai pertama dan ketiga. Proses
pertumbuhan kedelai masih dapat dikatakan lumayan baik jika dibandingkan dengan
alpukat. Alpukat belum mengalami peningkatan sama sekali pada hari ketujuh dan
hari keempat belas. Alpukat tidak mengalami perubahan, sejak hari ketujuh
sampai hari keempat belas hipogeal, epigeal, dan kecambahnya adalah 0cm.
Alpukat
merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur di daerah tropis seperti Indonesia
dan merupakan salah satu jenis buah yang digemari masyarakat karena selain yang
enak dengan kandungan antioksidan tinggi. Alpukat termasuk dikotil hipogeal. Pada
praktikum ini alpukat masih belum mengalami proses pertumbuhannya sehingga
tidak dapat diketahui hipogeal, epigeal, dan kecambahnya. Proses perkecambahan
yang terjadi pada alpukat memakan waktu lama, sekitar 4 sampai 6 minggu biji
alpukat baru akan membelah dan mengeluarkan tunas serta akarnya. Alpukat baru
akan menjadi pohon dan dapat berbuah ketika berumur sekitar 7 sampai 15 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan pada
tanaman merupakan proses pertambahan ukuran yang meliputi volume, bobot, jumlah
sel, dan disertai dengan diferensiasi sel yang selanjutnya akan membentuk organ
tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh tanah, iklim dan
sifat dari tumbuhan itu sendiri. Suatu tanaman akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dimulai dari proses perkecambahan terlebih dahulu. Perkecambahan
ditentukan oleh kualitas biji, pra perlakuan sebelum biji disemaikan dan
kondisi lingkungan perkecambahan, seperti ketersediaan air, temperatur, cahaya,
dan bebas dari hama penyakit. Pada
perkecambahan, air sangat berperan penting untuk terjadinya perkecambahan,
karena sebagian besar biji mempunyai kandungan air yang relatif rendah dan
perkecambahan dimulai dengan penyerapan air penyerapan air. Penyerapan air tersebut
melalui proses imbibisi, imbibisi adalah peristiwa masuknya air pada suatu
benda. Jika proses imbibisi tersebut sudah optimal maka proses perkecambahan
dapat dimulai. Berdasarkan tempat kotiledonnya, jenis perkecambahan biji dibagi
menjadi dua golongan, yaitu hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah perkecambahan
yang kotiledonnya masih ada di dalam tanah, sedangkan epigeal adalah
perkecambahan yang kotilendonnya terangkat ke permukaan tanah.
Proses perkecambahan pada jagung, bawang merah, kedelai,
dan alpukat sebelumnya mengalami kegagalan beberapa kali. Kemungkinan kegagalan
tersebut terjadi disebabkan karena kurangnya steril pada media pasirnya,
sehingga mungkin menghambat pertumbuhannya. Selain itu juga kurangnya perawatan
yang intensif sehingga hasilnya selalu tidak optimal. Serta kurangnya
penjagaan, hal itu menyebabkan tanaman yang ditanam selalu terganggu oleh
makhluk hidup lainnya, misalnya kucing. Ketiga hal tersebut harus diperbaiki,
karena hal yang terlihat kecil seperti itu justru menyebabkan pertumbuhan pada
tanaman menjadi tidak optimal dan selalu mengalami kegagalan.
BAB
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perkecambahan
merupakan proses terbentuknya suatu tanaman kecil di dalam biji. Perkecambahan
digolongkan dua jenis, yaitu hipogeal dan epigeal. Dari keempat tanaman
tersebut, yang termasuk hipogeal adalah jagung dan alpukat, sedangkan jenis
perkecambahan epigealnya yakni bawang merah dan kedelai. Jika dibandingkan
hipogealnya, jagung dan alpukat memiliki perbandingan yang sangat jauh.
Pertumbuhan jagung jauh lebih baik dibandingkan alpukat, alpukat belum mengalami
pertumbuhan sama sekali, hasil hipogeal, epigeal, dan kecambahnya adalah 0cm.
Jika pada epigeal, bawang merah dan kedelai memiliki perbandingan yang juga
jauh, tetapi tidak seperti perbandingan yang terjadi antara jagung dan alpukat.
Dari tabel pengamatan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan yang optimal terjadi pada jagung. Dilihat dari
hasil hipogeal, epigeal, dan kecambahnya, jagung termasuk yang paling bagus
pertumbuhannya dibandingkan ketiga tanaman lainnya. Selanjutnya perkecambahan
pada kedelai. Hasil hipogeal, epigeal, dan kecambah dari kedelai juga dapat
dikatakan optimal jika dibandingkan dengan bawang merah dan alpukat. Sementara
bawang merah masih lebih baik dibanding dengan perkecambahan yang terjadi pada
alpukat.
5.2 Saran
Penanaman
tanaman-tanaman tersebut sempat mengalami kegagalan beberapa kali. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut terjadi, diantaranya media yang
kurang steril, kurangnya perawatan yang intensif, dan kurang penjagaan dari
praktikan. Dari faktor-faktor tersebut perlu diadakannya perbaikan, misalnya
media pasir yang harus dalam keadaan steril sebelum melakukan penanaman,
kemudian ketika melakukan perawatan harus secara teliti dan intensif untuk
memperoleh hasil yang optimal, dan juga perlunya penjagaan yang ketat supaya
tanaman tidak sampai diganggu oleh makhluk hidup lainnya. Dengan begitu, proses
penanaman dan pertumbuhannya tidak lagi terganggu sehingga tidak mengalami
kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
Ballo, M., A. Nio Song, P. Dingse, dan M. Feky R. 2012. Respons
Morfologis Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) terhadap Kekeringan pada
Fase Perkecambahan (Morphological Response of Some Rice (Oryza sativa L.)
Cultivars to Water Deficit at the Seedling Stage). BIOSLOGOS, 2(2): 89-95.
Caesar, T.,
P.Edison, dan R.Nini. 2012. Uji Efikasi Herbisida Glifosat terhadap Pertumbuhan
Produksi Beberapa Varietas Jagung Produk Rekayasa Genetika. Online Agroekoteknologi, 1(1): 212-219.
Dewi, S.R., dan
Sulistyowati. 2013. Penggunaan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea Americana Mill.) sebagai Antibakteri Proteus Mirabilis dan Aerobacter
Aerogenes. Stigma, 6(2): 31-34.
Kusuma, A.A.,
K.E.Harso, dan B.Mbue Kata. 2013. Adaptasi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) pada Dataran
Rendah dengan Pemberian Pupuk Kandang dan NPK. Online Agroekoteknologi, 1(4): 1-12.
Mukaromah, L., N. Tutik, dan N. Siti. 2013. Pengaruh Sumber
dan Konsentrasi Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium
laxiflorum J.J Smith secara In Vitro. Jurnal
Sainds dan Seni Pomits, 2(1): 26-29.
Sahromi. 2013.
Perkecambahan dan Pertumbuhan Semai Artocarpus Altissimus J.J.Smith. Buletin Kebun Raya, 16(1): 11.
Zakiah. 2011.
Dampak Impor terhadap Produksi Kedelai Nasional. Agrisep, 12(1): 1-10
Fernando,
W.G. Dilantha. 2012. Plants: An International Scientific Open Access Journal to
Publish All Facets of Plants, Their Functions and Interactions with the
Environment and Other Living Organisms. Plants.
1(1): 1-5.
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi
Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB.
Indrayati, L., dan U. Sudirman. 2011. Pengaruh Pemupukan N,
P, K dan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sulfat
Masam Bergambut. Agrista, 15(3):
94-101.
Kumar,
Rakesh dan S. Saurabh. 2012. Effect of light and temperature on seed germination
of important medicinal and aromatic plant in north western Himalayas. International Journal Medicinal Aromatic
Plants, 2(3): 468-475
Mahato,
Anupama. 2014. Climate Change and its Impact on Agriculture. International Journal of Scientific and Research
Publications, 4(4): 1-6.
Mukaromah, Luluk, N. Tutik, dan N. Siti. 2013. Pengaruh
Sumber dan Konsentrasi Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Biji
Dendrobium laxiflorum J.J Smith secara In Vitro. Sainds dan Seni Pomits, 2(1): 26-29.
Salehian,
Hamid dan E. Olia. 2012. Growth analysis some weed species. International Journal of Agriculture and
Crop Sciences, 4(11): 730-734
Kumar, Rakesh dan S.
Saurabh. 2012. Effect of light and temperature on seed germination of important
medicinal and aromatic plant in north western Himalayas. International Journal Medicinal Aromatic Plants, 2(3): 468-475
Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi
Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wahyudi
dan P. Sudin. 2011. Model Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Shorea leprosula pada
Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur Teknik Silin. Penelitian Dipterokarpa, 5(2): 37-46.
Lucky Club Casino Site - luckyclub.live
BalasHapusLucky Club Casino Review. Casino. The luckyclub current payout limits of this casino site are: 1x £/$£/€ 50 / 5x €/$/$ 3