

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi
LAPORAN
PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 5
1. Isabella Krisna Irawan (151510601150)
2.
Luhur Alif (151510501093)
3.
Muhammad
Pandu W (151510501094)
4.
Desya Dwi T. (151510601059)
5.
Nur Vita Firdaniah (151510601117)
6.
Dita Eka Sari (151510601130)
7.
Abdul Mukid (151510601160)
8.
Moh. Rifqi Hidayat (151510601165)
9.
Rolinda M. C. (151510601175)
10. Amanda Sinta O.
(151510601182)
11. Ali Asmi G. (151510601193)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dataran
tinggi merupakan dataran yang luas dan letaknya di daerah tinggi atau
pegunungan yang tingginya berkisar 700m dpl, dataran tinggi terbentuk dari
hasil erosi dan sedimentasi. Dataran tinggi mempunyai suhu rata-rata berkisar 15—20 °C pada siang hari dan
10 °C pada malam harinya, bahkan pada pagi
hari suhu udara dapat sedikit ekstrim dengan suhu bisa mencapai 0 °C yang
dapat memunculkan embun beku. Pada dataran tinggi, udara dan suhu juga akan
mempengaruhi kelembaban udara di daerah tersebut. Karena tingkat udara yang
terbilang kering dan suhu yang dapat mencapai 0 0C maka tak
mengherankan jika konsentrasi kelembapan udara pada dataran tinggi juga rendah.
Dataran
tinggi umumnya sangat cocok untuk kegiatan wisata dan perkebunan. Tanaman
dapat tumbuh di dataran tinggi, umumnya mempunyai syarat tumbuh lebih dari
1000m dpl. Tanaman yang dibudidayakan di dataran tinggi antara lain tanaman
pangan, holtikultura, dan tanaman perkebunan. Sayuran dan buah-buahan yang
tumbuh di dataran tinggi biasanya dikelompokkan sesuai dengan zona
agroekologi dengan dua tipe daerah
iklim. Iklim sendiri memiliki pengertian yaitu kondisi suatu rata-rata cuaca
pada daerah yang luas dan ditentukan berdasarkan perhitungan dalam waktu yang
cukup lama. Iklim terbagi menjadi dua, yaitu mikro dan makro. Iklim mikro
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dataran tinggi. Iklim mikro
artinya faktor kondisi iklim yang memberikan pengaruh secara langsung pada
kenikmatan ataupun kenyamanan terhadap makhluk hidup yang ada di sebuah ruang
bangunan.
Pengelompokkan
daerah iklim yang sesuai dengan zona agroekologi, yaitu daerah beriklim basah
dan daerah beriklim kering. Daerah beriklim basah dan daerah beriklim kering
biasanya dipengaruhi oleh banyak sedikitnya curah hujan yang turun. Curah hujan
daerah basah umumnya tinggi, yaitu di atas 3.00 mm/tahun. Daerah beriklim basah yaitu daerah
yang memilih curah hujan di bawah 2000mm/tahun, sedangkan daerah beriklim
kering yaitu daerah yang mempunyai curah hujan di atas 2500mm/tahun. Sayuran
yang dapat dibudiyakan di daerah beriklim basah, yakni selada, kentang, kubis,
wortel, seledri, brokoli, dan lainnya, sedangkan pada daerah beriklim
keringnya, yaitu hanya bawang putih dan bawang daun. Pada buah-buahan yang dapat
dibudidayakan di daerah beriklim basah, antara lain teh, kopi, jeruk, stroberi,
klengkeng dan lainnya, sementara pada daerah beriklim kering, yaitu alpukat,
apel, nangka, dan masih banyak lagi.
Pengenalan tentang
tanaman penting yang ada di daerah dataran tinggi penting untuk dipelajari. Hal
tersebut disebabkan, karena manusia perlu tahu bahwa menanam suatu tanaman
harus tepat pada daerahnya, jika tidak tanaman tersebut tidak dapat tumbuh
dengan baik bahkan mengalami kematian tanaman. Oleh sebab itu praktikum
pengenalan tanaman penting dataran tinggi sangat diperlukan, supaya dapat
mempelajari dan mengetahui tata cara menanam dataran tinggi.
1.2 Tujuan
Supaya
mahasiswa mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman pentingyang berhabitat di
daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dataran tinggi adalah
suatu wilayah daerah yang mempunyai ketinggian lebih tinggi dari daerah
sekitarnya yaitu pada ketinggian lebih dari 200 m dpl. Dataran tinggi ini
terbentuk oleh sedimentasi dan erosi. Sedimentasi artinya suatu proses
pengendapan material, sedangkan erosi adalah peristiwa pengikisan padatan.
Dataran tinggi memiliki banyak kegunaan, diantara lainnya untuk pengembangan
tanaman yang membutuhkan suhu pertumbuhan rendah, sebagai daerah wisata, daerah
resapan air, dan daerah untuk observasi, serta daerah yang sangat cocok untuk
budidaya tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman perkebunan. Dataran tinggi
umumnya penduduknya masih sedikit dibanding dengan dataran rendah. Selain itu dataran
tinggi biasanya masih terjaga keasrian alamnya dan kehidupan flora dan fauna.
Dataran tinggi merupakan daerah utama potensi pertanian, perkebunan,
peternakan, dan pariwisata (Kasenda, dkk. 2014)
Iklim mikro ditemukan
dalam ruang yang lebih terbatas, seperti ruang, jalan, kota atau lanskap kecil
sementara iklim makro ditemukan di ruang yang lebih besar seperti di atas
negara, wilayah, lautan atau benua. Iklim mikro merupakan zona atmosfer yang
iklimnya berbeda dari daerah sekitarnya, daerah ini sekecil beberapa kaki
persegi. Iklim mikro berhubungan dengan ruang terbatas, misal ruang dalam,
jalan, kota, atau taman kecil. Iklim mikro bersifat sangat kompleks dan
bergantung pada beberapa faktor, misalnya suhu, kelembapan, angin, dan cahaya
matahari (Obi, et al. 2014).
Pola tanam yang menonjol pada agroekosistem dataran
tinggi, yaitu padi yang diikuti dengan komoditi sayuran dan monokultur padi
sepanjang tahun. Bahasa latin padi adalah oryza
sativa L., padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban. Padi adalah sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Padi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Secara umum padi
membutuhkan suhu minimum 11°C -25°C untuk perkecambahan, 22°C-23°C untuk
pembungaan, dan 20°C-25°C untuk pembentukan biji. Curah hujan yang dikehendaki
sekitar 1500-2000 mm tahun-1 dengan ketinggian tempat berkisar
antara 0-1500 m dpl. Oleh sebab itu, penanaman padi paling cocok dibudidayakan
di dataran tinggi. Tidak hanya padi yang dapat dibudidayakan di dataran tinggi,
namun masih banyak lagi (Zen, 2013).
Sayuran dataran tinggi diantaranya kentang, wortel,
bawang putih, bawang daun, buncis, kubis. Sayuran-sayuran tersebut juga sangat
cocok ditanami di dataran tinggi, karena syarat masing-masing sayuran tersebut
sesuai dengan karakteristik yang dimiliki dataran tinggi. Kentang dapat tumbuh
baik dengan suhu 25°C-20°C dan dengan ketinggian 500 sampai 3000 m dpl. Bawang
putih membutuhkan suhu 15°C-20°C dan dengan ketinggian 600-1100 m dpl. Pada
bawang daun, membutuhkan suhu 18°C-25°C dan ketinggian 250-1500 m dpl. Suhu
yang baik untuk buncis 20°C-25°C dan ketinggiannya 1000-1500 m dpl. Dan pada
tanaman kubis ditanam di dataran dengan ketinggian 1000-2000 m dpl dan dengan
suhu berkisar di atas 25°C, sebenarnya kubis dapat dibudidayakan pada dataran
rendah dengan ketinggian 100-200 m dpl, namun biasanya hasilnya tidak baik
sebaik ditanam di dataran tinggi (Yusuf, dkk. 2012).Tanaman wortel membutuhkan
lingkungan tumbuh yang suhu udaranya dingin dan lembab.. Suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
pembentukan umbi yang normal adalah 15.6 – 21.1 °C, namun demikian pada suhu 26
°C dengan ketinggian 500 m dpl, namun hasilnya biasanya kurang memuaskan. Oleh
sebab itu, petani Indonesia biasanya menanam wortel di daerah ketinggian antara
1000-1200 m dpl (Rukmana, 1995).
Stroberi adalah buah serbaguna, buah tersebut dapat
dikonsumsi segar atau digunakan dalam kemacetan dan diawetkan, jus, dan permen.
Stroberi merupakan salah satu contoh tanaman buah-buahan yang dikelompokkan di
daerah beriklim basah. Selain stroberi, contoh buah-buahan daerah beriklim
basah, yakni the, kopi, klengkeng, jeruk, dan sebagainya. Sedangkan contoh
tanaman buah-buahan daerah beriklim kering, yaitu alpukat, nangka, apel, dan
sebagainya. Contoh tanaman sayuran daerah beriklim basah, yakni kentang,
wortel, kubis, brokoli, selada, seledri, dan sebagainya, sementara tanaman
sayuran di daerah beriklim kering, yakni bawang putih dan bawang daun (Posada, et al. 2011).
BAB 3 METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “ Pengenalan
Tanaman Penting Dataran Tinggi “ dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 1
November 2015 pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang
diamati
3.2.2 Alat
1. Tabel
pengamatan
2. Alat tulis
3. Penggaris
4. Meja dada
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Menetapkan
objek tanaman yang diamati
3. Menggambar
bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan bagian-bagiannya
4. Mengisi
tabel pengamatan
Pengamatan
1.
Jenis
tanaman dan taksonominya
2.
Gambar
Keseluruhan tanaman
3.
Bagian-bagian
tanaman
4.
Ciri-ciri
morfologi tanaman
5.
Habitat
tanaman
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Tanaman Bunga Krisan dan Buah Naga
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Nama
tanaman : Bunga Krisan
Ciri-ciri
Morfologi :
a.
Akar :
Berserabut dan menyebar ke
segala arah
b.
Batang :
Tegak, berstruktur, dan
berwarna hijau
c.
Daun :
Bagian tepi bergerigi yang
tersusun selang-seling pada cabang atau batang.
d.
Bunga :
Berada di ujung tanaman dan
tersusun
e.
Buah :
-
f.
Biji :
-
|
|
2.
|
Nama
tanaman : Buah Naga
Ciri-ciri
Morfologi :
a.
Akar :
Merambat dan menempel
bersifat epifit.
b.
Batang :
Berwarna hijau, berlapis lilin,
dan berbentuk segitiga siku- siku.
c.
Daun :
Berbentuk duri
d.
Bunga : Berbentuk
corong memanjang
e.
Buah :
Bulat panjang, kulit tebal, dan
permukaan buah menyirip
f.
Biji :
Berbentuk bulat, berukuran
kecil tipis, dan canat keras. |
4.2
Pembahasan
Hasil
dari pengamatan tersebut menunjukkan bahwa kedua tanaman tersebut memiliki banyak
perbedaan. Pertanaman bunga krisan dan buah naga memiliki banyak perbedaan
dimulai dari ciri-ciri morfologinya. Bunga krisan memiliki akar yang dapat menyebar ke segala arah dengan
ke dalaman 30 cm hingga 40 cm. Akarnya mudah mengalami kerusakan akibat
pengaruh lingkungan yang kurang baik. Sedangkan pada buah naga
akarnya merambat dan menempel serta bersifat epifit. Batang bunga krisan tumbuh tegak, berstruktur
lunak, dan berwarna hijau. Namun demikian, jika dibiarkan tumbuh terus maka
batang pun akan menjadi keras berkayu dan warnanya menjadi hijau
kecokelat-cokelatan. Batang pada buah naga berwarna hijau,
berlapis lilin, dan memiliki bentuk seperti segitiga siku-siku. Bentuk daun krisan bagian tepinya tampak
bercelah dan bergerigi. Daun tersebut tersusun secara berselang-seling pada
cabang atau batangnya, sedangkan pada buah naga daunnya berbentuk
seperti duri dan bunganya berbentuk corong yang memanjang. Pertanaman pada
bunga krisan berbeda dengan pertanaman buah naga, pada buah naga terdapat bunga
dan biji, sementara pada bunga krisan tidak ada bunga dan bijinya. Buah naga
bentuknya bulat bulat panjang, kulitnya tebal, dan permukaan buahnya menyirip.
Biji buah naga berbentuk bulat juga, berukuran kecil tipis, dan canat keras.
Menanam
bunga krisan yang baik dimulai dari cara pembibitan atau persemaiannya, yaitu
menggunakan stek batang. Pengolahan tanahnya dengan cara tanah digemburkan
dengan menggunakan cangkul. Penanaman bunga krisan yaitu stek dipindah ke lahan
yang lebih luas dengan jarak tanamnya. Sistem penanamannya diletakkan dalam
green house atau bisa juga disebut dengan monokultur. Sedangkan pada buah naga,
pembibitan atau persemaiannya yaitu stek batang yang akan ditanam ke polybag
harus diangin-anginkan terlebih dahulu. Pengolahan tanahnya, yakni tanah yang
diolah hanya bagian tanah yang akan ditanami saja, lubang tanahnya berukuran
sekitar 40x40 cm dengan kedalaman 50 cm. Cara penanamannya, yaitu ketika
tanaman sudah berumur 7 sampai 10 hari diletakkan di polybag, maka harus ke
lahan yang jaraknya lebih luas sekitar 3x3 m. Sistem penanaman buah naga sama
seperti bunga krisan yaitu secara monokultur, yang tujuannya supaya cahayanya
optimal.
Pemeliharaan
yang dilakukan pada bunga krisan, yaitu pemupukannya menggunakan pupuk kandang,
pengairannya menggunakan dap celup setiap pagi dan sore, dan pengendalian
gulmanya dengan cara dicabut, sementara pengendalian penyakit dan hamanya
sementara tidak ada. Sedangkan pemeliharaan yang dilakukan pada buah naga,
yaitu pada awal pemupukan menggunakan pupuk organik, setelah itu baru
menggunakan pupuk urea, Kd, poriska, TSP, dan Kcl dengan dosis pupuknya
100kg/ha selama tiga bulan sekali. Pengairan buah naga menggunakan irigasi
manual dan irigasi tetes. Pengendalian penyakitnya, yakni jika batang buah naga
diserang penyakit maka harus dipangkar. Pengendalian gulmanya menggunakan
piringan supaya gulma tidak dapat tumbuh, sementara pada pengendalian hamanya disemprot
menggunakan insektisida, umumnya hama dari tanaman buah naga adalah semut hitam.
Ciri-ciri
panen pada bunga krisan, yaitu jika sudah mekar bunganya maka dapat dipanen
tergantung pada banyaknya pemesanan. Umur panen biasanya sekitar tiga bulan.
Cara panennya adalah dengan cara dipotong pada tangkai bunga menggunakan gunting yang
steril sepanjang 60 cm – 80 cm dengan menyisakan tunggal batang setinggi
20cm-30cm dari permukaan tanah. Pada ciri-ciri panen buah naga, buah
naga dapat dipanen jika buahnya sudah berkembang secara optimal, buahnya sudah
berubah menjadi warna merah, dan umurnya sudah mencapai dua sampai tiga bulan,
diumur buah naga yang kedua bulan tersebut, biasanya bunga mulai tumbuh sampai
matang. Cara panen buah naga adalah dengan cara dipangkas batangnya yang
sedikit mendekati buahnya.
Penanganan
pasca panen pada bunga krisan, dimulai dari penyeleksian dulu kualitas bunga
krisan kemudian baru dilakukan grading kemudian diikat dengan tali atau karet
dalam jumlah tertentu. Pengemasannya dibungkus dengan kertas kemudian disimpan
dengan cara direndam tangkai bunganya ke dalam air kemudian memberikan
perlakuan kimiawi dan dengan cara pendinginan. Pengolahannya dibuat kompos dan
seresah tanaman, biasanya yang dibuat seresah bagian daun dan batang. Sementara
pengolahan limbahnya dibuat kompos. Penanganan pasca panen pada buah naga, pembersihannya
dilakukan dengan cara disiram dengan air bersih kemudian melakukan pemilihan
buah yang berkualitas dan berbobot kemudian melakukan pengemasan, buah naga
dikemas dalam suatu wadah atau plastik dengan tujuan untuk melindungi buah dari
kerusakan fisik selama proses penyimpanan dan pengangkutan berlangsung. Setelah
itu dilakukan penyimpanan, penyimpanan ini sangat penting untuk produk buah
naga supaya buahnya tetap tampak segar. Penyimpanannya secara alami membutuhkan
waktu satu minggu, sedangkan untuk penyimpanan dengan lemari es membutuhkan
waktu satu bulan bahkan lebih. Pengolahannya yaitu biasanya dijadikan jus dan
selai.
Pemasaran
bunga krisan dilakukan secara domestik. Harga jualnya, jika krisan standar 1
ikat 10 tangkai dihargai Rp 15.000 dan krisan spray 1 ikar 10 tangkai dihargai
Rp 14.000. Sedangkan pemasaran pada buah naga dilakukan secara domestik dan
internasional. Tataniaga pemasarannya yaitu agen-agen penjual, pengepul, dan
pembeli eceran. Buah naga dijual dengan harga Rp 12.500-15.000/kg, sementara
jika bukan musimnya biasanya harga jual buah naga menjadi dua kali, yaitu Rp
30.000/kg.
Buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan
Amerika Selatan. Buah naga (Dragon fruit)
merupakan buah tropis yang banyak digemari oleh masyarakat karena memiliki
khasiat dan beragam manfaat serta gizi yang cukup tinggi untuk kesehatan. Buah
naga termasuk dalam buah yang eksotik karena penampilannya yang menarik dan rasanya
yang asam manis menyegarkan. Khasiat dan manfaat yang dimiliki buah naga sangat
banyak, berikut beberapa manfaatnya, membantu menyembuhkan penyakit kanker
karena kandungan vitamin kompleksnya, mempercantik penampilan dengan adanya
vitamin C yang tinggi sehingga dapat membantu menjaga kesehatan kulit, dapat
menyembuhkan penyakit diabetes, menjaga stamina karena kandungan antioksidan
dan vitaminnya, mencegah penyakit osteoporosis karena mengandung banyak kalsium
organik, dan buah naga juga mengandung vitamin B3 yang fungsinya untuk
menurunkan kadar kolesterol serta dapat menyembuhkan penyakit batuk, asma, dan
mengatasi tekanan darah tinggi. Buah naga termasuk tanaman hortikultura,
berdasarkan umurnya buah naga termasuk tanaman tahunan, yaitu sekitar 3 sampai
4 tahun. Berdasarkan keping bijinya termasuk dikotil dan tipe perkecambahannya
tergolong epigeal, serta fotosintesis buah naga adalah CAM. Berdasarkan
struktur batangnya sukulen, cara perbanyakan buah naga stek batang (vegetatif)
dan stek biji (generatif). Habitat buah naga dapat tumbuh di suhu maksimal 700
sampai 900 m dpl, sementara optimumnya 100 sampai 300 m dpl. Bagian yang
dipanen adalah buahnya, bentuk olahan berupa jus dan tepung, sedangkan bentuk
yang tersedia di pasar adalah buah segar, jus, dan selai.
Krisan (Dendranthema grandiflora) merupakan salah satu tanaman hias penting
dalam industri florikultura di Indonesia. Bunga krisan berasal dari Jepang. Dalam
budidayanya, pertumbuhan dan produktivitas krisan sangat dipengaruhi oleh
pemberian pupuk yang sesuai dan optimal. Bunga krisan yang mempunyai nama latin
Chrysanthenum merupakan salah satu
tanaman hias yang mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan dan dijadikan
sumber penghasilan, karena tidak memerlukan lahan yang terlalu besar. Bunga
Krisan termasuk tanaman perkebunan, berdasarkan umurnya tanaman ini tergolong
dalam tanaman semusim. Tanaman ini bijinya berkeping dikotil dan tipe
perkecambahan bijinya epigeal. Berdasarkan fotosintesisnya, yaitu C3, dan
struktur batangnya termasuk kalus. Bunga krisan juga tak kalah dengan buah naga,
bunga krisan juga mempunyai banyak sekali manfaat. Manfaat utama bunga krisan
adalah sebagai bunga hias, selain itu juga dapat dijadikan sebagai obat
tradisional yang dapat mengatasi sakit batuk, nyeri perut akibat angin, sakit
kepala karena peradangan rongga sinus. Bunga krisan juga dapat dijadikan
sebagai tanaman penghasil racun serangga alami karena mengandung zat pyrethrin yang sangat beracun bagi aneka
macam serangga, tetapi bukan racun hewan berdarah panas. Bunga krisan dapat
disajikan sebagai the pula yang nikmat dan kaya manfaatnya bagi kesehatan
manusia, khasiat yang dimiliki teh bunga krisan, yaitu dapat menyembuhkan
influenza, jerawat, dan mengobati panas dalam serta sakit tenggorokan. Bisa
juga digunakan untuk obat demam, mata panas dan berair, pusing-pusing, dan
membersihkan liver. Selain itu teh bunga krisan juga bermanfaat untuk
penyembuhan jantung koroner, hiperkolesterol atau kolesterol tinggi, mengurangi
rasa sakit pada penderita radang hati. Manfaat dari teh tersebut didapatkan
karena kandungan bunga krisan diantara lain vitamin C, beta karotene, kalsium,
serat, zat besi, kalium, dan magnesium. Bunga Krisan bagian yang dipanen adalah
bunganya, bentuk olahannya berupa bunga potong dan dekorasi, sementara bentuk
yang tersedia di pasar berupa bunga hias. Sumbangan bagi perekonomian bunga
krisan adalah regional. Cara untuk memperbanyak tanaman bunga krisan yaitu
dengan stek.
Kedua tanaman tersebut memiliki
syarat tumbuh, salah satunya syarat tumbuh kedua tanaman tersebut adalah hanya
dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi. Dataran tinggi sendiri memiliki
arti dataran yang terbentang luas dan terletak pada ketinggian di atas 700 m
dpl. Terbentuk dataran tinggi disebabkan oleh hasil erosi dan sedimentasi. Ciri-ciri
dataran tinggi, yaitu amplitudo suhu harian dan tahunan besar. Amplitudo suhu
tersebut terjadi akibat adanya penurunan dan kenaikan suhu rata-rata di suatu
tempat. Suhu di dataran tinggi rata-rata berkisar 15°C sampai 20°C di siang hari
dan pada malam harinya hanya 10°C ,
bahkan pada pagi hari dapat sedikit ekstrim yaitu bisa mencapai 0°C. Ciri-ciri kedua dataran tinggi adalah udaranya
kering. Ketiga, kelembaban udaranya, pada dataran tinggi udara dan suhu
mempengaruhi kelembaban udara di daerah tersebut, itu disebabkan karena tingkat
udara yang terbilang kering dan suhu yang dapat mencapai 0°C maka tak heran jika konsentrasi kelembaban udara di
dataran tinggi juga rendah. Selain itu, ciri-ciri dataran tinggi, yaitu curah
hujan yang rendah dan cuaca yang dingin.
Kondisi alam yang terjadi di dataran tinggi, yaitu masih
memiliki keasrian alam dan kehidupan flora dan faunanya masih terjaga dengan baik.
Potensi lainnya yang tersimpan pada dataran tinggi, diantaranya adalah sebagai
daerah utama potensi pertanian, perkebunan, peternakan, dan pariwisata.
Pertanian di dataran tinggi walau secara teori daerah dataran tinggi jarang
terjadi hujan, tetapi hal tersebut tidak membuat daerah tersebut menjadi
tandus. Hal tersebut disebabkan karena tanah yang ada di dataran tinggi sangat
subur, sebab kandungan tanahnya masih terjaga oleh suhu dan kelembapapan udara
yang rendah. Perkebunan dataran tinggi biasanya jika terdapat lahan yang masih
belum terpakai maka itu akan menjadi potensi daerah perkebunan selain faktor
lain, yaitu kekhasan pada tanaman yang ditanam, contoh tanamannya adalah apel
dan teh yang sangat cocok pada daerah yang memiliki suhu rendah. Daerah yang cukup dingin pada dataran tinggi sangatlah
cocok untuk tempat peternakan, terutama peternakan sapi baik perah maupun
potong juga peternakan babi. Hal itu karena pada daerah pegunungan, masih
banyak tersedianya pakan hijau tenak maupun sumber air yang melimpah. Alasan lain karena pada daerah yang
cukup dingin, ternak akan cenderung lebih banyak makan dari pada ternak di
daerah yang suhunya lebih tinggi. Serta pada babi akan menjadi sifat homoiformis
yaitu peka akan suhu tinggi maupun rendah. Potensi pariwisatanya sama halnya
dengan daerah pantai atau perkotaan, dataran tinggi memiliki potensi wisata
yang tak kalah baik bahkan bisa dikatakan lebih unggul, ini karena pada dataran
tinggi kita akan menemukan hal yang jauh berbeda dibandingkan dengan kebanyakan
orang yang hidup didataran rendah. Diantara potensi wisata tersebut antara lain
adalah perbedaan suasana dan tantangan, kebudayaan, ketenangan juga keasrian
alam yang masih terjaga.
Dataran tinggi biasanya cocok sekali untuk kegiatan
wisata dan perkebunan. Tanaman yang dibudidayakan di dataran tinggi antara
lain tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman perkebunan. Bunga krisan hanya
dapat tumbuh dengan baik di ketinggian 600 sampai 1.200 m dpl, sedangkan pada
buah naga tergantung pada spesiesnya. Buah naga sepesies Hylocereus undatus, yaitu buah naga dengan
daging putih akan tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 300 m dpl. Buah naga spesies Hylocereus
costaricensis, yaitu buah naga dengan daging super merah dapat tumbuh dengan
baik pada ketinggian 0 sampai 100 m dpl. Sementara pada buah naga spesies Selenicereus megalanthus, yaitu
buah naga dengan kulit kuning, daging putih tanpa sisik, akan tumbuh baik pada
daerah dingin dengan ketinggian lebih dari 800 m dpl.
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Tanaman-tanaman di atas merupakan
contoh dari beberapa tanaman penting dataran tinggi. Kedua tanaman tersebut
memiliki manfaatnya masing-masing, khususnya bagi kelangsungan hidup manusia. Bunga
krisan selain berfungsi sebagai bunga hias, bunga krisan juga sangat bermanfaat
bagi kesehatan manusia. Bunga krisan dapat dijadikan obat tradisional, teh yang
dapat menyembuhkan penyakit, disamping bermanfaat bagi kesehatan manusia, bunga
krisan dapat dijadikan sebagai tanaman penghasil racun serangga alami, yang
dapat membantu manusia mengendalikan serangga. Buah naga juga tidak kalah
dengan bunga krisan, kandungan yang dimiliki buah naga banyak dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia, khususnya kesehatan, salah satu contohnya membantu
menyembuhkan penyakit kanker karena kandungan vitamin kompleksnya. Dari hasil
pengamatan kedua tanaman tersebut, dapat disimpulkan bahwa bunga krisan dan
buah naga memiliki tingkat manfaat yang sama-sama penting bagi kehidupan
manusia. Tetapi pada bagian menanam dan merawat, buah naga lebih sulit
dibandingkan dengan bunga krisan.
5.2
Saran
Tempat untuk membudidayakan kedua
tanaman tersebut masih kurang baik, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan
kedua tanaman tersebut. Tempat tersebut masih tidak memenuhi syarat tumbuh,
walaupun sudah berada di dataran tinggi, namun syarat tumbuh yang lainnya masih
tidak memenuhi. Seharusnya untuk melakukan budiaya tanaman tersebut di tempat
yang sesuai supaya dapat tumbuh secara optimal dan menghasilkan nilai yang baik
pula.
DAFTAR PUSTAKA
Pangemanan,
L., K.G., dan W.M. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani Bunga Potong (Studi
Kasus Petani Bunga Krisan Putih di Kelurahan Kakaskasen DuaKecamatan Tomohon
Utara Kota Tomohon). ASE, 7(2): 5-14.
R,
Tedjasarwana, N.E.D.S., dan H.Y. 2011. Cara Aplikasi dan Takaran Pupuk terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Krisan. Hortikultura,
21(4): 306-314.
Wahyuni,
Rekna. 2011. Pemanfaatan Kulit Buah Naga Super Merah (Hylicereus costaricencis)
sebagai Sumber Antioksidan dan Pewarna Alami pada Pembuatan Jelly. Teknologi Pangan, 2(1): 68-85.
Waladi,
J.Vonny Setiaries, dan H.Faizah. 2015. Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah
(Hyloceres polyrhizus.) sebagai Bahan Tambahan dalam Pembuatan Es Krim. Jom Faperta, 2(1): 1-11.
Kasenda,
Ivanny, M.Sylviah, dan H.Wungouw. 2014. Perbandingan Denyut Nadi antara
Penduduk yang Tinggal di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah. E-Biomedik, 2(2): 1-6.
Obi,
Nich I., dan C.I.G. 2014. The Influence of Vegetation on Microclimate in Hot Humid
Tropical Environment. Energy and
Environmental, 2(4): 1-11.
Posada,
Fanor Casierra, F.Edward, dan V.Gregory. 2011. Fruit Quality in Strawberry
(Fragaria sp.) Grown on Colored Plastic Mulch. Agronomia Colombiana, 29(3): 407-413.
Rukmana,
Ir. Rahmat. 1995. Bertanam Wortel. Kanisius, Yogyakarta.
Yusuf,
M., dan R.Muji. 2012. Analisis Permintaan Sayuran Dataran Tinggi oleh Rumah
Tangga di Kota Mataram. Ganec Swara, 6(2):
1-12.
Zen,
Syahrul. 2013. Galur Harapan Padi Sawah Dataran Tinggi Berumur Genjah. Pertanian Terapan, 13(3): 197-205.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar