Sabtu, 01 Oktober 2016

Laporan Praktikum tentang Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi

Description: logo



Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi
LAPORAN PRAKTIKUM


Oleh :
Kelompok 5
1.   Isabella Krisna Irawan    (151510601150)
2.   Luhur Alif                          (151510501093)
3.   Muhammad Pandu W        (151510501094)
4.   Desya Dwi T.                     (151510601059)
5.   Nur Vita Firdaniah             (151510601117)
6.   Dita Eka Sari                      (151510601130)
7.   Abdul Mukid                      (151510601160)
8.   Moh. Rifqi Hidayat             (151510601165)
9.   Rolinda M. C.                     (151510601175)
                10.  Amanda Sinta O.                (151510601182)
                11.  Ali Asmi G.                         (151510601193)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER

2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dataran tinggi merupakan dataran yang luas dan letaknya di daerah tinggi atau pegunungan yang tingginya berkisar 700m dpl, dataran tinggi terbentuk dari hasil erosi dan sedimentasi. Dataran tinggi mempunyai suhu rata-rata berkisar 15—20 °C pada siang hari dan  10 °C pada malam harinya, bahkan pada pagi hari suhu udara dapat sedikit ekstrim dengan suhu bisa mencapai 0 °C yang dapat memunculkan embun beku. Pada dataran tinggi, udara dan suhu juga akan mempengaruhi kelembaban udara di daerah tersebut. Karena tingkat udara yang terbilang kering dan suhu yang dapat mencapai 0 0C maka tak mengherankan jika konsentrasi kelembapan udara pada dataran tinggi juga rendah.
Dataran tinggi umumnya sangat cocok untuk kegiatan wisata dan perkebunan. Tanaman dapat tumbuh di dataran tinggi, umumnya mempunyai syarat tumbuh lebih dari 1000m dpl. Tanaman yang dibudidayakan di dataran tinggi antara lain tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman perkebunan. Sayuran dan buah-buahan yang tumbuh di dataran tinggi biasanya dikelompokkan sesuai dengan zona agroekologi  dengan dua tipe daerah iklim. Iklim sendiri memiliki pengertian yaitu kondisi suatu rata-rata cuaca pada daerah yang luas dan ditentukan berdasarkan perhitungan dalam waktu yang cukup lama. Iklim terbagi menjadi dua, yaitu mikro dan makro. Iklim mikro merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dataran tinggi. Iklim mikro artinya faktor kondisi iklim yang memberikan pengaruh secara langsung pada kenikmatan ataupun kenyamanan terhadap makhluk hidup yang ada di sebuah ruang bangunan.
Pengelompokkan daerah iklim yang sesuai dengan zona agroekologi, yaitu daerah beriklim basah dan daerah beriklim kering. Daerah beriklim basah dan daerah beriklim kering biasanya dipengaruhi oleh banyak sedikitnya curah hujan yang turun. Curah hujan daerah basah umumnya tinggi, yaitu di atas 3.00 mm/tahun. Daerah beriklim basah yaitu daerah yang memilih curah hujan di bawah 2000mm/tahun, sedangkan daerah beriklim kering yaitu daerah yang mempunyai curah hujan di atas 2500mm/tahun. Sayuran yang dapat dibudiyakan di daerah beriklim basah, yakni selada, kentang, kubis, wortel, seledri, brokoli, dan lainnya, sedangkan pada daerah beriklim keringnya, yaitu hanya bawang putih dan bawang daun. Pada buah-buahan yang dapat dibudidayakan di daerah beriklim basah, antara lain teh, kopi, jeruk, stroberi, klengkeng dan lainnya, sementara pada daerah beriklim kering, yaitu alpukat, apel, nangka, dan masih banyak lagi.
Pengenalan tentang tanaman penting yang ada di daerah dataran tinggi penting untuk dipelajari. Hal tersebut disebabkan, karena manusia perlu tahu bahwa menanam suatu tanaman harus tepat pada daerahnya, jika tidak tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan mengalami kematian tanaman. Oleh sebab itu praktikum pengenalan tanaman penting dataran tinggi sangat diperlukan, supaya dapat mempelajari dan mengetahui tata cara menanam dataran tinggi.

1.2  Tujuan
Supaya mahasiswa mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman pentingyang berhabitat di daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dataran tinggi adalah suatu wilayah daerah yang mempunyai ketinggian lebih tinggi dari daerah sekitarnya yaitu pada ketinggian lebih dari 200 m dpl. Dataran tinggi ini terbentuk oleh sedimentasi dan erosi. Sedimentasi artinya suatu proses pengendapan material, sedangkan erosi adalah peristiwa pengikisan padatan. Dataran tinggi memiliki banyak kegunaan, diantara lainnya untuk pengembangan tanaman yang membutuhkan suhu pertumbuhan rendah, sebagai daerah wisata, daerah resapan air, dan daerah untuk observasi, serta daerah yang sangat cocok untuk budidaya tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman perkebunan. Dataran tinggi umumnya penduduknya masih sedikit dibanding dengan dataran rendah. Selain itu dataran tinggi biasanya masih terjaga keasrian alamnya dan kehidupan flora dan fauna. Dataran tinggi merupakan daerah utama potensi pertanian, perkebunan, peternakan, dan pariwisata (Kasenda, dkk. 2014)
Iklim mikro ditemukan dalam ruang yang lebih terbatas, seperti ruang, jalan, kota atau lanskap kecil sementara iklim makro ditemukan di ruang yang lebih besar seperti di atas negara, wilayah, lautan atau benua. Iklim mikro merupakan zona atmosfer yang iklimnya berbeda dari daerah sekitarnya, daerah ini sekecil beberapa kaki persegi. Iklim mikro berhubungan dengan ruang terbatas, misal ruang dalam, jalan, kota, atau taman kecil. Iklim mikro bersifat sangat kompleks dan bergantung pada beberapa faktor, misalnya suhu, kelembapan, angin, dan cahaya matahari (Obi, et al. 2014).  
Pola tanam yang menonjol pada agroekosistem dataran tinggi, yaitu padi yang diikuti dengan komoditi sayuran dan monokultur padi sepanjang tahun. Bahasa latin padi adalah oryza sativa L., padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Padi adalah sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Padi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Secara umum padi membutuhkan suhu minimum 11°C -25°C untuk perkecambahan, 22°C-23°C untuk pembungaan, dan 20°C-25°C untuk pembentukan biji. Curah hujan yang dikehendaki sekitar 1500-2000 mm tahun-1 dengan ketinggian tempat berkisar antara 0-1500 m dpl. Oleh sebab itu, penanaman padi paling cocok dibudidayakan di dataran tinggi. Tidak hanya padi yang dapat dibudidayakan di dataran tinggi, namun masih banyak lagi (Zen, 2013).
Sayuran dataran tinggi diantaranya kentang, wortel, bawang putih, bawang daun, buncis, kubis. Sayuran-sayuran tersebut juga sangat cocok ditanami di dataran tinggi, karena syarat masing-masing sayuran tersebut sesuai dengan karakteristik yang dimiliki dataran tinggi. Kentang dapat tumbuh baik dengan suhu 25°C-20°C dan dengan ketinggian 500 sampai 3000 m dpl. Bawang putih membutuhkan suhu 15°C-20°C dan dengan ketinggian 600-1100 m dpl. Pada bawang daun, membutuhkan suhu 18°C-25°C dan ketinggian 250-1500 m dpl. Suhu yang baik untuk buncis 20°C-25°C dan ketinggiannya 1000-1500 m dpl. Dan pada tanaman kubis ditanam di dataran dengan ketinggian 1000-2000 m dpl dan dengan suhu berkisar di atas 25°C, sebenarnya kubis dapat dibudidayakan pada dataran rendah dengan ketinggian 100-200 m dpl, namun biasanya hasilnya tidak baik sebaik ditanam di dataran tinggi (Yusuf, dkk. 2012).Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh yang suhu udaranya dingin dan lembab.. Suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan umbi yang normal adalah 15.6 – 21.1 °C, namun demikian pada suhu 26 °C dengan ketinggian 500 m dpl, namun hasilnya biasanya kurang memuaskan. Oleh sebab itu, petani Indonesia biasanya menanam wortel di daerah ketinggian antara 1000-1200 m dpl (Rukmana, 1995). 
Stroberi adalah buah serbaguna, buah tersebut dapat dikonsumsi segar atau digunakan dalam kemacetan dan diawetkan, jus, dan permen. Stroberi merupakan salah satu contoh tanaman buah-buahan yang dikelompokkan di daerah beriklim basah. Selain stroberi, contoh buah-buahan daerah beriklim basah, yakni the, kopi, klengkeng, jeruk, dan sebagainya. Sedangkan contoh tanaman buah-buahan daerah beriklim kering, yaitu alpukat, nangka, apel, dan sebagainya. Contoh tanaman sayuran daerah beriklim basah, yakni kentang, wortel, kubis, brokoli, selada, seledri, dan sebagainya, sementara tanaman sayuran di daerah beriklim kering, yakni bawang putih dan bawang daun (Posada, et al. 2011).
BAB 3 METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “ Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi “ dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 1 November 2015 pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang diamati

3.2.2 Alat
1. Tabel pengamatan
2. Alat tulis
3. Penggaris
4. Meja dada

3.3  Cara Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Menetapkan objek tanaman yang diamati
3.      Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan bagian-bagiannya
4.      Mengisi tabel pengamatan
Pengamatan
1.      Jenis tanaman dan taksonominya
2.      Gambar Keseluruhan tanaman
3.      Bagian-bagian tanaman
4.      Ciri-ciri morfologi tanaman
5.      Habitat tanaman

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Tanaman Bunga Krisan dan Buah Naga
No
Gambar
Keterangan
1.

Nama tanaman       : Bunga Krisan
Ciri-ciri Morfologi :
a.       Akar         : Berserabut dan menyebar ke
                   segala arah
b.      Batang     : Tegak, berstruktur, dan
                   berwarna hijau
c.       Daun        : Bagian tepi bergerigi yang
                   tersusun selang-seling pada
                   cabang atau batang.
d.      Bunga      : Berada di ujung tanaman dan
                   tersusun
e.       Buah        : -
f.       Biji           : -

2.
Nama tanaman       : Buah Naga
Ciri-ciri Morfologi :
a.       Akar         : Merambat dan menempel
                   bersifat epifit.
b.      Batang     : Berwarna hijau, berlapis lilin,
                   dan berbentuk segitiga siku-
                   siku.
c.       Daun        : Berbentuk duri
d.      Bunga      : Berbentuk corong memanjang
e.       Buah        : Bulat panjang, kulit tebal, dan
                   permukaan buah menyirip
f.       Biji           : Berbentuk bulat, berukuran
                   kecil tipis, dan canat keras.


4.2 Pembahasan
            Hasil dari pengamatan tersebut menunjukkan bahwa kedua tanaman tersebut memiliki banyak perbedaan. Pertanaman bunga krisan dan buah naga memiliki banyak perbedaan dimulai dari ciri-ciri morfologinya. Bunga krisan memiliki akar yang dapat menyebar ke segala arah dengan ke dalaman 30 cm hingga 40 cm. Akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik. Sedangkan pada buah naga akarnya merambat dan menempel serta bersifat epifit. Batang bunga krisan tumbuh tegak, berstruktur lunak, dan berwarna hijau. Namun demikian, jika dibiarkan tumbuh terus maka batang pun akan menjadi keras berkayu dan warnanya menjadi hijau kecokelat-cokelatan. Batang pada buah naga berwarna hijau, berlapis lilin, dan memiliki bentuk seperti segitiga siku-siku. Bentuk daun krisan bagian tepinya tampak bercelah dan bergerigi. Daun tersebut tersusun secara berselang-seling pada cabang atau batangnya, sedangkan pada buah naga daunnya berbentuk seperti duri dan bunganya berbentuk corong yang memanjang. Pertanaman pada bunga krisan berbeda dengan pertanaman buah naga, pada buah naga terdapat bunga dan biji, sementara pada bunga krisan tidak ada bunga dan bijinya. Buah naga bentuknya bulat bulat panjang, kulitnya tebal, dan permukaan buahnya menyirip. Biji buah naga berbentuk bulat juga, berukuran kecil tipis, dan canat keras.
            Menanam bunga krisan yang baik dimulai dari cara pembibitan atau persemaiannya, yaitu menggunakan stek batang. Pengolahan tanahnya dengan cara tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul. Penanaman bunga krisan yaitu stek dipindah ke lahan yang lebih luas dengan jarak tanamnya. Sistem penanamannya diletakkan dalam green house atau bisa juga disebut dengan monokultur. Sedangkan pada buah naga, pembibitan atau persemaiannya yaitu stek batang yang akan ditanam ke polybag harus diangin-anginkan terlebih dahulu. Pengolahan tanahnya, yakni tanah yang diolah hanya bagian tanah yang akan ditanami saja, lubang tanahnya berukuran sekitar 40x40 cm dengan kedalaman 50 cm. Cara penanamannya, yaitu ketika tanaman sudah berumur 7 sampai 10 hari diletakkan di polybag, maka harus ke lahan yang jaraknya lebih luas sekitar 3x3 m. Sistem penanaman buah naga sama seperti bunga krisan yaitu secara monokultur, yang tujuannya supaya cahayanya optimal.
            Pemeliharaan yang dilakukan pada bunga krisan, yaitu pemupukannya menggunakan pupuk kandang, pengairannya menggunakan dap celup setiap pagi dan sore, dan pengendalian gulmanya dengan cara dicabut, sementara pengendalian penyakit dan hamanya sementara tidak ada. Sedangkan pemeliharaan yang dilakukan pada buah naga, yaitu pada awal pemupukan menggunakan pupuk organik, setelah itu baru menggunakan pupuk urea, Kd, poriska, TSP, dan Kcl dengan dosis pupuknya 100kg/ha selama tiga bulan sekali. Pengairan buah naga menggunakan irigasi manual dan irigasi tetes. Pengendalian penyakitnya, yakni jika batang buah naga diserang penyakit maka harus dipangkar. Pengendalian gulmanya menggunakan piringan supaya gulma tidak dapat tumbuh, sementara pada pengendalian hamanya disemprot menggunakan insektisida, umumnya hama dari tanaman buah naga adalah semut hitam.
            Ciri-ciri panen pada bunga krisan, yaitu jika sudah mekar bunganya maka dapat dipanen tergantung pada banyaknya pemesanan. Umur panen biasanya sekitar tiga bulan. Cara panennya adalah dengan cara dipotong pada tangkai bunga menggunakan gunting yang steril sepanjang 60 cm – 80 cm dengan menyisakan tunggal batang setinggi 20cm-30cm dari permukaan tanah. Pada ciri-ciri panen buah naga, buah naga dapat dipanen jika buahnya sudah berkembang secara optimal, buahnya sudah berubah menjadi warna merah, dan umurnya sudah mencapai dua sampai tiga bulan, diumur buah naga yang kedua bulan tersebut, biasanya bunga mulai tumbuh sampai matang. Cara panen buah naga adalah dengan cara dipangkas batangnya yang sedikit mendekati buahnya.
            Penanganan pasca panen pada bunga krisan, dimulai dari penyeleksian dulu kualitas bunga krisan kemudian baru dilakukan grading kemudian diikat dengan tali atau karet dalam jumlah tertentu. Pengemasannya dibungkus dengan kertas kemudian disimpan dengan cara direndam tangkai bunganya ke dalam air kemudian memberikan perlakuan kimiawi dan dengan cara pendinginan. Pengolahannya dibuat kompos dan seresah tanaman, biasanya yang dibuat seresah bagian daun dan batang. Sementara pengolahan limbahnya dibuat kompos. Penanganan pasca panen pada buah naga, pembersihannya dilakukan dengan cara disiram dengan air bersih kemudian melakukan pemilihan buah yang berkualitas dan berbobot kemudian melakukan pengemasan, buah naga dikemas dalam suatu wadah atau plastik dengan tujuan untuk melindungi buah dari kerusakan fisik selama proses penyimpanan dan pengangkutan berlangsung. Setelah itu dilakukan penyimpanan, penyimpanan ini sangat penting untuk produk buah naga supaya buahnya tetap tampak segar. Penyimpanannya secara alami membutuhkan waktu satu minggu, sedangkan untuk penyimpanan dengan lemari es membutuhkan waktu satu bulan bahkan lebih. Pengolahannya yaitu biasanya dijadikan jus dan selai.
            Pemasaran bunga krisan dilakukan secara domestik. Harga jualnya, jika krisan standar 1 ikat 10 tangkai dihargai Rp 15.000 dan krisan spray 1 ikar 10 tangkai dihargai Rp 14.000. Sedangkan pemasaran pada buah naga dilakukan secara domestik dan internasional. Tataniaga pemasarannya yaitu agen-agen penjual, pengepul, dan pembeli eceran. Buah naga dijual dengan harga Rp 12.500-15.000/kg, sementara jika bukan musimnya biasanya harga jual buah naga menjadi dua kali, yaitu Rp 30.000/kg.
Buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Buah naga (Dragon fruit) merupakan buah tropis yang banyak digemari oleh masyarakat karena memiliki khasiat dan beragam manfaat serta gizi yang cukup tinggi untuk kesehatan. Buah naga termasuk dalam buah yang eksotik karena penampilannya yang menarik dan rasanya yang asam manis menyegarkan. Khasiat dan manfaat yang dimiliki buah naga sangat banyak, berikut beberapa manfaatnya, membantu menyembuhkan penyakit kanker karena kandungan vitamin kompleksnya, mempercantik penampilan dengan adanya vitamin C yang tinggi sehingga dapat membantu menjaga kesehatan kulit, dapat menyembuhkan penyakit diabetes, menjaga stamina karena kandungan antioksidan dan vitaminnya, mencegah penyakit osteoporosis karena mengandung banyak kalsium organik, dan buah naga juga mengandung vitamin B3 yang fungsinya untuk menurunkan kadar kolesterol serta dapat menyembuhkan penyakit batuk, asma, dan mengatasi tekanan darah tinggi. Buah naga termasuk tanaman hortikultura, berdasarkan umurnya buah naga termasuk tanaman tahunan, yaitu sekitar 3 sampai 4 tahun. Berdasarkan keping bijinya termasuk dikotil dan tipe perkecambahannya tergolong epigeal, serta fotosintesis buah naga adalah CAM. Berdasarkan struktur batangnya sukulen, cara perbanyakan buah naga stek batang (vegetatif) dan stek biji (generatif). Habitat buah naga dapat tumbuh di suhu maksimal 700 sampai 900 m dpl, sementara optimumnya 100 sampai 300 m dpl. Bagian yang dipanen adalah buahnya, bentuk olahan berupa jus dan tepung, sedangkan bentuk yang tersedia di pasar adalah buah segar, jus, dan selai.
            Krisan (Dendranthema grandiflora) merupakan salah satu tanaman hias penting dalam industri florikultura di Indonesia. Bunga krisan berasal dari Jepang. Dalam budidayanya, pertumbuhan dan produktivitas krisan sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk yang sesuai dan optimal. Bunga krisan yang mempunyai nama latin Chrysanthenum merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan dan dijadikan sumber penghasilan, karena tidak memerlukan lahan yang terlalu besar. Bunga Krisan termasuk tanaman perkebunan, berdasarkan umurnya tanaman ini tergolong dalam tanaman semusim. Tanaman ini bijinya berkeping dikotil dan tipe perkecambahan bijinya epigeal. Berdasarkan fotosintesisnya, yaitu C3, dan struktur batangnya termasuk kalus. Bunga krisan juga tak kalah dengan buah naga, bunga krisan juga mempunyai banyak sekali manfaat. Manfaat utama bunga krisan adalah sebagai bunga hias, selain itu juga dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang dapat mengatasi sakit batuk, nyeri perut akibat angin, sakit kepala karena peradangan rongga sinus. Bunga krisan juga dapat dijadikan sebagai tanaman penghasil racun serangga alami karena mengandung zat pyrethrin yang sangat beracun bagi aneka macam serangga, tetapi bukan racun hewan berdarah panas. Bunga krisan dapat disajikan sebagai the pula yang nikmat dan kaya manfaatnya bagi kesehatan manusia, khasiat yang dimiliki teh bunga krisan, yaitu dapat menyembuhkan influenza, jerawat, dan mengobati panas dalam serta sakit tenggorokan. Bisa juga digunakan untuk obat demam, mata panas dan berair, pusing-pusing, dan membersihkan liver. Selain itu teh bunga krisan juga bermanfaat untuk penyembuhan jantung koroner, hiperkolesterol atau kolesterol tinggi, mengurangi rasa sakit pada penderita radang hati. Manfaat dari teh tersebut didapatkan karena kandungan bunga krisan diantara lain vitamin C, beta karotene, kalsium, serat, zat besi, kalium, dan magnesium. Bunga Krisan bagian yang dipanen adalah bunganya, bentuk olahannya berupa bunga potong dan dekorasi, sementara bentuk yang tersedia di pasar berupa bunga hias. Sumbangan bagi perekonomian bunga krisan adalah regional. Cara untuk memperbanyak tanaman bunga krisan yaitu dengan stek.
            Kedua tanaman tersebut memiliki syarat tumbuh, salah satunya syarat tumbuh kedua tanaman tersebut adalah hanya dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi. Dataran tinggi sendiri memiliki arti dataran yang terbentang luas dan terletak pada ketinggian di atas 700 m dpl. Terbentuk dataran tinggi disebabkan oleh hasil erosi dan sedimentasi. Ciri-ciri dataran tinggi, yaitu amplitudo suhu harian dan tahunan besar. Amplitudo suhu tersebut terjadi akibat adanya penurunan dan kenaikan suhu rata-rata di suatu tempat. Suhu di dataran tinggi rata-rata berkisar 15°C sampai 20°C  di siang hari dan pada malam harinya hanya 10°C , bahkan pada pagi hari dapat sedikit ekstrim yaitu bisa mencapai 0°C. Ciri-ciri kedua dataran tinggi adalah udaranya kering. Ketiga, kelembaban udaranya, pada dataran tinggi udara dan suhu mempengaruhi kelembaban udara di daerah tersebut, itu disebabkan karena tingkat udara yang terbilang kering dan suhu yang dapat mencapai 0°C maka tak heran jika konsentrasi kelembaban udara di dataran tinggi juga rendah. Selain itu, ciri-ciri dataran tinggi, yaitu curah hujan yang rendah dan cuaca yang dingin.
Kondisi alam yang terjadi di dataran tinggi, yaitu masih memiliki keasrian alam dan kehidupan flora dan faunanya masih terjaga dengan baik. Potensi lainnya yang tersimpan pada dataran tinggi, diantaranya adalah sebagai daerah utama potensi pertanian, perkebunan, peternakan, dan pariwisata. Pertanian di dataran tinggi walau secara teori daerah dataran tinggi jarang terjadi hujan, tetapi hal tersebut tidak membuat daerah tersebut menjadi tandus. Hal tersebut disebabkan karena tanah yang ada di dataran tinggi sangat subur, sebab kandungan tanahnya masih terjaga oleh suhu dan kelembapapan udara yang rendah. Perkebunan dataran tinggi biasanya jika terdapat lahan yang masih belum terpakai maka itu akan menjadi potensi daerah perkebunan selain faktor lain, yaitu kekhasan pada tanaman yang ditanam, contoh tanamannya adalah apel dan teh yang sangat cocok pada daerah yang memiliki suhu rendah. Daerah yang cukup dingin pada dataran tinggi sangatlah cocok untuk tempat peternakan, terutama peternakan sapi baik perah maupun potong juga peternakan babi. Hal itu karena pada daerah pegunungan, masih banyak tersedianya pakan hijau tenak maupun sumber air yang melimpah.  Alasan lain karena pada daerah yang cukup dingin, ternak akan cenderung lebih banyak makan dari pada ternak di daerah yang suhunya lebih tinggi. Serta pada babi akan menjadi sifat homoiformis yaitu peka akan suhu tinggi maupun rendah. Potensi pariwisatanya sama halnya dengan daerah pantai atau perkotaan, dataran tinggi memiliki potensi wisata yang tak kalah baik bahkan bisa dikatakan lebih unggul, ini karena pada dataran tinggi kita akan menemukan hal yang jauh berbeda dibandingkan dengan kebanyakan orang yang hidup didataran rendah. Diantara potensi wisata tersebut antara lain adalah perbedaan suasana dan tantangan, kebudayaan, ketenangan juga keasrian alam yang masih terjaga.
Dataran tinggi biasanya cocok sekali untuk kegiatan wisata dan perkebunan. Tanaman yang dibudidayakan di dataran tinggi antara lain tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman perkebunan. Bunga krisan hanya dapat tumbuh dengan baik di ketinggian 600 sampai 1.200 m dpl, sedangkan pada buah naga tergantung pada spesiesnya. Buah naga sepesies Hylocereus undatus, yaitu buah naga dengan daging putih akan tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 300 m dpl. Buah naga spesies Hylocereus costaricensis, yaitu buah naga dengan daging super merah dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 sampai 100 m dpl. Sementara pada buah naga spesies Selenicereus megalanthus, yaitu buah naga dengan kulit kuning, daging putih tanpa sisik, akan tumbuh baik pada daerah dingin dengan ketinggian lebih dari 800 m dpl.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Tanaman-tanaman di atas merupakan contoh dari beberapa tanaman penting dataran tinggi. Kedua tanaman tersebut memiliki manfaatnya masing-masing, khususnya bagi kelangsungan hidup manusia. Bunga krisan selain berfungsi sebagai bunga hias, bunga krisan juga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Bunga krisan dapat dijadikan obat tradisional, teh yang dapat menyembuhkan penyakit, disamping bermanfaat bagi kesehatan manusia, bunga krisan dapat dijadikan sebagai tanaman penghasil racun serangga alami, yang dapat membantu manusia mengendalikan serangga. Buah naga juga tidak kalah dengan bunga krisan, kandungan yang dimiliki buah naga banyak dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya kesehatan, salah satu contohnya membantu menyembuhkan penyakit kanker karena kandungan vitamin kompleksnya. Dari hasil pengamatan kedua tanaman tersebut, dapat disimpulkan bahwa bunga krisan dan buah naga memiliki tingkat manfaat yang sama-sama penting bagi kehidupan manusia. Tetapi pada bagian menanam dan merawat, buah naga lebih sulit dibandingkan dengan bunga krisan.
  
5.2 Saran
            Tempat untuk membudidayakan kedua tanaman tersebut masih kurang baik, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan kedua tanaman tersebut. Tempat tersebut masih tidak memenuhi syarat tumbuh, walaupun sudah berada di dataran tinggi, namun syarat tumbuh yang lainnya masih tidak memenuhi. Seharusnya untuk melakukan budiaya tanaman tersebut di tempat yang sesuai supaya dapat tumbuh secara optimal dan menghasilkan nilai yang baik pula.


DAFTAR PUSTAKA
Pangemanan, L., K.G., dan W.M. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani Bunga Potong (Studi Kasus Petani Bunga Krisan Putih di Kelurahan Kakaskasen DuaKecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon). ASE, 7(2): 5-14.
R, Tedjasarwana, N.E.D.S., dan H.Y. 2011. Cara Aplikasi dan Takaran Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Krisan. Hortikultura, 21(4): 306-314.
Wahyuni, Rekna. 2011. Pemanfaatan Kulit Buah Naga Super Merah (Hylicereus costaricencis) sebagai Sumber Antioksidan dan Pewarna Alami pada Pembuatan Jelly. Teknologi Pangan, 2(1): 68-85.
Waladi, J.Vonny Setiaries, dan H.Faizah. 2015. Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah (Hyloceres polyrhizus.) sebagai Bahan Tambahan dalam Pembuatan Es Krim. Jom Faperta, 2(1): 1-11.
Kasenda, Ivanny, M.Sylviah, dan H.Wungouw. 2014. Perbandingan Denyut Nadi antara Penduduk yang Tinggal di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah. E-Biomedik, 2(2): 1-6.
Obi, Nich I., dan C.I.G. 2014. The Influence of Vegetation on Microclimate in Hot Humid Tropical Environment. Energy and Environmental, 2(4): 1-11.
Posada, Fanor Casierra, F.Edward, dan V.Gregory. 2011. Fruit Quality in Strawberry (Fragaria sp.) Grown on Colored Plastic Mulch. Agronomia Colombiana, 29(3): 407-413.
Rukmana, Ir. Rahmat. 1995. Bertanam Wortel. Kanisius, Yogyakarta. 
Yusuf, M., dan R.Muji. 2012. Analisis Permintaan Sayuran Dataran Tinggi oleh Rumah Tangga di Kota Mataram. Ganec Swara, 6(2): 1-12.

Zen, Syahrul. 2013. Galur Harapan Padi Sawah Dataran Tinggi Berumur Genjah. Pertanian Terapan, 13(3): 197-205.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar