Jumat, 29 September 2017

Laporan Praktikum tentang Pemeliharaan Tanaman Padi

Description: logo unej.png


PEMELIHARAAN TANAMAN PADI
                       
LAPORAN PRAKTIKUM


Diajukan Guna Memenuhi Laporan Mata Praktikum
Teknologi Produksi Tanaman
                                               
Oleh
Nama              : Isabella Krisna Irawan
NIM                : 151510601150
Golongan       : I
Kelompok      : 6

                                                           


        LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
                                      PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI                            
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016



BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Upaya dalam peningkatan produksi padi harus efisien dan efektif untuk sekarang dan masa depan nanti, selain itu juga diperlukan teknologi yang ramah lingkungan untuk menjaga kelestariannya supaya dapat terus produktivitas. Upaya tersebut dilakukan untuk membudidayakan tanaman padi supaya tetap menghasilkan produksi yang maksimal dengan berbagai kendala yang sedang terjadi, diantaranya adalah menurunnya ketersediaan lahan bagi produksi pertanian, semakin rendahnya sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta iklim yang rentan mengalami perubahan.

            Upaya yang dilakukan yaitu penggunaan varietas yang unggul dan penerapan sistem tanam seperti SRI dan jajar legowo. SRI atau system of rice intensification adalah sistem tanam dalam budidaya padi yang ramah terhadap lingkungan serta sangat ditekankan untuk dapat berhasil mencapai produksi yang tinggi. Hal tersebut bisa terwujud apabila dilakukan bersamaan komponen teknologi. Terdapat beberapa komponen penting dalam menerapkan metode SRI antara lain bibit dipindah ke lapang lebih awal ketika berumur 8-15 hari, bibit ditanam satu per tanaman per rumpun, jarak tanam lebar (jarak minimum 25x25 cm), kondisi tanah harus dalam keadaan tetap lembab tetapi tidak tergenang air dan harus dapat dipertahankan selama pertumbuhan vegetative, pendangiran, dan keharusan dalam penggunaan bahan organik seperti pupuk.

            Selain penerapan metode SRI, adapula metode lainnya yang juga menggunakan jarak tanam yang lebar, yaitu jajar legowo. Jajar legowo adalah upaya dalam peningkatan produksi padi dengan menata jalan populasi tanaman menjadi lebih tinggi sekitar 20-25% dibanding dengan sistem tanam yang biasa. Jajar legowo memiliki kelebihan diantara lainnya adalah intensitas cahaya matahari dapat sampai langsung pada tanaman dengan baik, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit menjadi lebih mudah dilakukan sehingga dapat mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit, populasi tanaman padi dapat meningkat mencapai 24%, perbaikan dalam kualitas gabah karena semakin banyaknya tanaman pinggir, dan memudahkan kegiatan perawatan, penyiangan, serta penyemprotan pestisida maupun fungisida.



1.2 Tujuan

1. Dapat memahami dan menerapkan prinsip teknik produksi padi dengan sistem tanam jajar legowo (komponen SRI)
2. Dapat melatih keterampilan dalam menganalisa komponen teknologi produksi



















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan teknologi dalam budi daya bertujuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan tumbuh sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang optimal (Utami, dkk. 2016). Penerapan teknologi dalam budidaya padi dapat berupa penggunaan varietas unggul, penerapan sistem jarak tanam yang tepat, dan budidaya teknologi padi yang hemat air tetapi produktivitasnya tinggi. Penerapan yang seperti itu masih jarang dilakukan oleh banyak petani karena beberapa kendala seperti mahalnya benih yang bervarietas unggul.  
Dengan kata lain, efisiensi teknis produksi padi dapat ditingkatkan dengan perbaikan di karakteristik petani, karakteristik pertanian, kondisi lingkungan dan praktek-praktek pertanian (Srisompun, dalam Alviar 2012). Petani tradisional masih belum bisa menyesuaikan diri dengan zaman modern yang sudah memiliki banyak teknologi canggih yang bisa digunakan untuk budidaya tanaman padi. Hal tersebut karena salah satunya adalah pemikiran petani yang masih kental terhadap budaya lamanya dalam budidaya padi sehingga tidak mudah untuk mengubah pemikiran tersebut yang telah dipercayai bertahun-tahun lalu. Faktor seperti itu justru mempersulit pertanian di Indonesia untuk lebih maju lagi, karena kebanyakan petani di Indonesia merupakan orang-orang pedesaan yang masih sangat kental dengan pemikiran yang sangat tradisional.
Salah satu upaya untuk peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan mengupayakan serangkaian budidaya padi berupa paket teknologi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan setempat (Manalu, dkk. 2012). Pengembangan dalam teknologi di bidang pertanian sangat berperan penting dalam mencapai keuntungan hasil budidaya padi. Penggunaan varietas unggul memiliki peran penting dalam hasil budidaya. Benih dengan kualitas yang baik dan seragam akan menghasilkan produk dengan kualitas serta kuantitas yang tinggi pula. Benih yang bermutu akan mampu dalam menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi benih yang maju pula. 
Peningkatan produktivitas memerlukan dukungan inovasi teknologi seperti peningkatan indek panen, varietas unggul, penggunaan benih bermutu dan berlabel, pengendalian OPT, pengelolaan hara, pengaturan populasi tanam, melalui perbaikan sistem tanam dan lainnya (Anoon dalam Aribawa, 2012). Selain penggunaan varietas unggul, perbaikan sistem tanam juga perlu dilakukan, melalui penerapan sistem tanam jajar legowo yang merupakan salah satu inovasi teknologi yang sudah ada dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas padi. Sistem tanam jajar legowo ini memanipulasi lokasi tanaman sehingga tampak tanaman padi dibuat menjadi taping atau tanaman pinggir lebih banyak dengan maksud supaya dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi dan kualitas gabah lebih baik. Sistem jajar legowo ini memiliki beberapa jenis, yang memiliki nilai produktivitas paling tinggi adalah jajar legowo 2:1. Selain jajar legowo, ada sistem tanam lainnya yang juga tak kalah bagusnya, yaitu SRI atau System of Rice Intensification. SRI adalah teknik budidaya padi yang bisa meningkatkan produktivitas padi dengan mengubah pengelelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara dan merupakan sistem pertanian yang sangat ramah lingkungan sebab mengharuskan petani untuk menggunakan pupuk organik.
Hambatan untuk adopsi teknologi SRI tersebut diindikasikan sebagai kelangkaan tenaga kerja dan ancaman gulma yang lebih tinggi (Reddy, et al. 2013). Hal tersebut mungkin disebabkan karena dalam menerapkan metode ini petani diharuskan menggunakan pupuk organik yang justru sangat mahal apabila dibandingkan dengan pupuk anorganik, sehingga membuat petani enggan melakukan metode ini. Padahal SRI mempunyai keuntungan antara lain hemat air, hemat biaya dalam membeli benihnya, hemat waktu, produksi meningkat hingga mencapai 11 ton per hektar, dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Kelemahan dari metode ini adalah kurang cocoknya dengan budaya masyarakat petani dan perlu perlakuan yang lebih hati-hati baik saat mengambil 1 bibit dari rumpun pembibitan maupun saat pembenaman.  
Hasil padi bisa meningkat karena petani menggunakan varietas padi yang ditingkatkan yang memiliki potensi untuk meningkatkan gizi, ketahanan pangan dorongan, pembangunan pedesaan asuh dan mendukung perawatan lahan yang berkelanjutan (Jirgi dalam Mustapha, 2012). Tidak hanya pada penggunaan varietas unggulnya tetapi perlakuan dalam kegiatan budidaya padi yang tepat, misalnya pengolahan tanah, penanaman, perawatan, pemupukan serta pengendalian gulma dan penyakit. Kegiatan tersebut juga perlu diperhatikan, karena perlakuan yang salah akan membuat varietas yang dibudidayakan akan sia-sia.
Pupuk akar ialah segala macam pupuk yang diberikan kepada tanaman lewat akar (Lingga, 1986). Pupuk terdiri berdasarkan dua jenis, yakni pupuk buatan (anorganik) dan pupuk alami (organik). Waktu pemupukan tergantung pada kebutuhan dan respons tanaman padi tersebut, serta kelarutan dan jenis pupuk yang digunakan, selain itu juga tergantung pada keadaan iklimnya. Bukan hanya penggunaan varietas yang unggul ataupun penerapan sistem jarak tanam yang tepat yang dapat meningkatkan produktivitas, tetapi pemilihan pupuk dan waktu pemupukan yang tepat juga dapat mendukung produktivitas budidaya tanaman padi. Pemupukan harus dilakukan dengan benar supaya pupuk yang diberikan terhadap tanaman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.  
Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tnaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien (Sukman, dkk. 1991). Pengendalian gulma sebenarnya tidak ada keharusan dalam membunuh gulma secara keseluruhan, tetapi cukup menekan pertumbuhan ataupun mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang akan dapat diperoleh dari tanaman budidaya lebih banyak dari penekanan gulma.
Padi hibrida merupakan salah satu terobosan untuk mengatasi terjadinya penekanan peningkatan potensi hasil varietas-varietas  tipe sebelumnya, dengan cara memperbe sar potensi heterosisnya (hybrid vigor) yaitu dengan F1 yang memiliki superioritas diatas tetuanya (Aisah, dkk 2016). Padi hibrida adalah turunan pertama (F1) hasil persilangan antara dua galur murni. Padi Hibrida memiliki banyak keuntungan, diantara lainnya hasil lebih tinggi apabila disbanding dengan varietas padi lainnya seperti padi unggul inbrida, vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma, sistem perakaran lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabar per malai lebih banyak, bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi, intensitas respirasi lebih rendah serta translokasi asimilat yang lebih tinggi.
Pencapaian kemandirian dalam produksi beras adalah tujuan yang sangat penting bahwa petani kecil di setiap komunitas pertanian harus mencapai untuk menjamin keamanan pangan, seperti beras selalu dapat diakses dan terjangkau untuk semua (Abas dalam Abas 2016). Dalam mencapai hal tersebut metode atau varietas apapun yang digunakan apabila tidak dijalankan dengan baik dan tepat maka tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan. Teknologi produksi tanaman padi dilakukan untuk bisa mendapatkan produktivitas yang lebih tinggi dengan lahan yang sulit terbilang luas karena penambahan penduduk yang semakin padat, penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat merusak tanah sehingga menurunkan produktivitas tanah, dan masih banyak lagi faktor lainnya. Hal tersebut membuat sebagian masyarakat terutama petani untuk memperhatikan budidaya tanaman yang baik dan tepat supaya tetap produktivitas terutama padi yang merupakan tanaman pokok yang sangat dibutuhkan di Indonesia.



BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “ Teknologi Produksi Budidaya Padi “ dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 01 Oktober 2016 pukul 15.00-selesai WIB di Agrotechnopark Jubung.

3.2 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Timba
2. Gembor
3. Cetok
4. Timbangan
5. Meteran
2.1.2 Bahan
1. Benih
2. Bahan Organik
3. Pupuk urea, SP 36, KCL

2.3 Cara Kerja
1.        Menyiapakan bibit dengan teknologi budidaya padi, yaitu sebelum benih ditabur ke lapangan terlebih dahulu di kecambahkan di dalam karung yang basah selama 2 hari samapai calon akarnya kelihatan, kemudian barulah ditanam.
2.        Menyiapkan lahan dilakukan 15 hari sebelum masa tanam, diantaranya penyiapan lahan penggemburan sawah, pembajakan, pemberian pupuk dasar. Lahan yang digunakan seluas 4x4 meter perkelompok.
3.        Melaksanakan penanaman dengan cara menanam bibi padi yang telah disediakan dan ditanam sesuai dengan perlakuan jarak tanam yang ditentukan. Melaksanakan penanaman 1 bibit perlubang untuk perlakuan jajar legowo (2:1) dan 2 bibit perlubang untuk perlakuan tegel.
4.        Memlihara tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan, pembubunan dan pengendalian hama dan penyakit.
5.        Melakukan penyulaman setelah tanaman berumur 1 minggu pada tanaman mati atau pada lubang tanam yang tidak ada tanaman.
6.        Melakukan penyiangan pada 14 dan 35 hst. Melakukan penyiangan dengan tangan atau dengan menggunakan alat siang seperti landak atau gosrok.
7.        Melakukan pemupukan 2 kali yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan. Pemupukan dasar : BO, Urea, Sp-36 dan KCL, pupuk susulan (15 Hst) : Urea. Posisi melakukan pemupukan yaitu berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupuk ditabur ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan peupukan 2 barisan legowo.
8.        Melakukan pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot, posisi berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan penyemprotan legowo.
9.        Melakukan pengairan dengan cara penggenangan terus-menerus dan berselang.
10.    Melakukan pemanenan sesuai diskripsi umur tanaman. Saat panen untuk gabah kosumsi sebaiknya dilakukan pada stadia masak kuning dengan tanda-tanda : seluruh tanaman tampak kuning kecuali buku-buku sebelah atas masih hijau, isi gabah sudah keras tetapi mudah pecah oleh kuku.



DAFTAR PUSTAKA
Abas, Mes S. 2016. Factors Influencing Self-reliance in Rice Production, The Case of Small Farmers in Bataan, Philippines. Agricultural Technology, 12(1): 41-53.

Aisah, S., H.Erita, dan B. 2016. Uji Gabung Tiga Galur Mandul Jantan dengan Sepuluh Galur Kandidat Restorer pada Tanaman Padi (Oryza Sativa. L). Kawista, 1(1): 59-67.

Aribawa, I.B. 2012. Pengaruh Sistem Tanam terhadap Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah Dataran Tinggi Beriklim Basah. Kedaulatan Pangan dan Energi, 1(2): 1-10

Lingga, Pinus. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya: Jakarta.

Manalu, F., D.Ketut Kartha, dan A.Menaka Gede. 2012. Pengujian Paket Teknologi Budidaya Padi (Oryza Sativa L.). Agroekoteknologi Tropika, 1(2): 92-97.

Mustapha, S.B., U.U.C., S.A.M., dan B.S. 2012. Analysis of Adoption of Improved Rice Production Technologies in Jeer Local Government Area of Borno State, Nigeria. Development and Sustainability, 1(3): 1-9.

Srisompun, O. dan I.Somporn. Efficiency Change in Thailand Rice Production: Evidence from Panel Data Analysis. Development and Agricultural Economics, 4(4): 101-108.

Sukman, Y. dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.  

Utama, Z.H. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal Kiat Meningkatkan Produksi Padi. Penerbit Andi: Yogyakarta.

Utami, S.N.H., P.Achmadi, dan S. 2016. Penerapan Teknologi Tepat Guna Padi Sawah Spesifik Lokasi di Dusun Ponggok, Trimulyo, Jetif, Bantul. Community Engagement, 1(2): 239-254.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar