
PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Guna Memenuhi Laporan Mata Praktikum
Teknologi Produksi Tanaman
Oleh
Nama : Isabella
Krisna Irawan
NIM : 151510601150
Golongan : I
Kelompok : 6
LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB
1.PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jagung merupakan
tanaman penting yang mengandung karbohidrat yang digunakan sebagai pangan bagi
banyak orang setelah padi. Jagung memiliki peran penting dalam pengembangan
industri di Indonesia, selain sebagai bahan pangan bagi manusia juga sebagai
bahan pakan ternak dan bahan industri lainnya. Dengan demikian kebutuhan akan
jagung semakin tahun akan semakin meningkat terutama semakin banyak penduduk
yang dapat menyebabkan banyaknya pula kebutuhan akan jagung sebagai kebutuhan
masing-masing individu.
Usaha
dalam meningkatkan produksi jagung terdiri dari dua program utama diantara
lainnya adalah ekstensifikasi atau perluasan areal dan intensifikasi atau
peningkatan teknologi produksi. Hal tersebut dilakukan karena jagung yang
berperan penting terhadap kebutuhan masyarakat di Indonesia dalam ukuran yang
besar, sehingga diperlukannya teknologi produksi budidaya jagung supaya dapat
memenuhi kebutuhan jagung bagi seluruh masyarakat Indonesia maupun luar negeri.
Teknologi produksi budidaya bertujuan diantara lainnya adalah memberikan
produktivitas tinggi per satuan luas lahan, biaya produksi yang lebih efisien,
serta mendapatkan produk jagung yang berkualitas tinggi. Pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu atau PTT merupakan salah satu pendekatan untuk memadukan
bermacam-macam komponen teknologi yang saling menunjang atau sinergis dan
komponen teknologi tersebut terdiri dari penggunaan benih yang bervarietas
unggul, penyiapan lahan, populasi tanaman, pemupukan, pengendalian OPT secara
ramah lingkungan, pengelolaan panen serta pascapanen.
Setiap komponen
teknologi mempunyai tujuannya tersendiri, misalnya tujuan penggunaan benih yang
bervarietas unggul supaya dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas yang tinggi
dan tindakan pengaturan kerapatan atau populasi bertujuan untuk memanipulasi
lingkungan tumbuh tanaman supaya dapat berguna dengan efektif tetapi tingkat
kerapatan ini tergantung pada keadaan lingkungan yang berbeda. Misalnya bentuk
varietas yang morfologinya kecil membutuhkan tingkat kerapatan yang lebih padat
per hektarnya apabila dibandingkan dengan varietas yang morfologinya besar.
Tetapi sebenarnya PTT bukan termasuk paket teknologi, PTT adalah pendekatan
yang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu
tanaman yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman secara
berkelanjutan dan meningkatkan efisiensi produksi tanaman budidaya serta sangat
memperhatikan sumberdaya yang ada, juga kemampuan dan keinginan pengusaha
pertaniannya.
1.2
Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan
menerapkan prinsip teknik produksi jagung.
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam
menganalisa komponen teknologi produksi jagung.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Jagung (Zea mays L.)
merupakan sereal terkemuka yang paling penting di dunia tanaman yang dapat
tumbuh di musim beragam, ekologi dan kegunaan dan dikenal sebagai ratu sereal
karena produktivitas paralel antara tanaman sereal (Meena, et al. 2014). Jagung
adalah salah satu makanan pokok setelah beras di Negara Indonesia. Jagung
biasanya selain digunakan untuk bahan pangan juga digunakan untuk bahan pakan
ternak ataupun bahan untuk kebutuhan industri sehingga kebutuhan akan jagung
selalu meningkat di setiap waktunya.
Jagung merupakan salah
satu tanaman pokok utama, terutama di negara-negara berkembang di dunia (Ayoola
dalam Ibitoye, 2014). Tanaman jagung
relatif mudah dibudidayakan dan dalam melakukan perawatan, serta sangat cocok
dengan kondisi iklim dan cuaca yang ada di Indonesia. Tanaman jagung dapat
tumbuh pada dataran rendah hingga dataran tinggi. Lahan tanam yang baik untuk
budidaya jagung adalah di lahan kering yang berpengairan cukup, lahan tadah
hujan, lahan terasering, lahan gambut yang telah diperbaiki, dan lahan basah
bekas menanam padi.
Jagung memiliki potensi
besar untuk memenuhi kebutuhan pangan populasi manusia (Gupta, et al. 2012).
Dalam meningkatkan produksi jagung yang lebih tinggi supaya dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat, diperlukan teknologi produksi tanaman jagung yang baik
dan tepat supaya dapat berjalan sesuai tujuan. Banyaknya kendala yang kini
terjadi seperti menurunnya sumberdaya lahan bagi produksi pertanian, menurunnya
kualitas sumberdaya alam, dan perubahan iklim yang ekstrim sehingga perlu
penanganan yang tepat dalam memperbaiki kendala serta mengembangkan budidaya
jagungnya yang lebih produktivitas.
Untuk meringankan
kendala produksi jagung, baik pengembangan varietas dan penelitian pengelolaan
tanaman perlu diterapkan dalam pendekatan terpadu (Govind, et al. 2015). Pengembangan
varietas yang unggul merupakan salah satu teknologi produksi tanaman jagung
yang berperan penting dalam hasil produksi yang tinggi.Varietas unggul jagung
yang termasuk teknologi budidaya tanaman adalah jagung hibrida. Keunggulan
jenis jagung hibrida adalah kapasitas produksinya tinggi sekitar 8-12 ton per
hektar dibanding dengan jagung non hibrida , sementara kekurangannya adalah
harga jagung yang mahal antara 20-40 kali lipat dari jagung non hibrida, tidak
bisa diturunkan lagi sebagai benih karena produksi akan turun mencapai 30%,
serta menimbulkan ketergantungan bagi petani karena jagung tidak dapat ditanam
lagi.
Teknologi budidaya yang
belum optimal dan penurunan luas lahan pertanian menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi produksi tanaman pangan di Indonesia (Dewi, dkk. 2014). Hal
tersebut dapat dilakukan upaya yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan lahan dan
menggunakan teknologi tanam yang tepat supaya dapat meningkatkan produksi
jagung. Teknologi budidaya terdapat komponen utamanya yang dikembangkan dalam
pengelolaan tanaman terpadu atau PTT, PTT merupakan pendekatan dalam
meningkatkan produktivitas tanaman secara berkelanjutan dengan memperhatikan
sumberdaya, kemampuan dan kemauan petani.
Dalam rangka
peningkatan produksi jagung dilakukan pendekatan penerapan pengelolaan tanaman
dan sumberdaya terpadu (PTT-jagung) (Permadi, 2013). Pendekatan ini
mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman
secara terpadu serta bersifat spesifik lokasi. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas jagung secara berkelanjutan dan meningkatkan
efisiensi produksi. Dalam pendekatan ini terdapat komponen teknologi utama yang
dikembangkan diantara lain adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu,
penyiapan lahan, populasi tanaman, pemupukan, pengendalian OPT dengan
mengutamakan aspek kelestarian lingkungan, pengelolaan panen dan pascapanen.
Benih bermutu adalah
benih yang mempunyai daya tumbuh besar, tidak tercampur dengan benih atau varietas
lain, tidak mengandung kotoran, dan tidak tercemar hama dan penyakit (Najiati,
dkk. 2000). Varietas unggul memiliki sifat yang berproduksi sangat tinggi, umur
yang pendek, dan tahan terhadap serangan penyakit serta sifat lainnya adalah
menguntungkan. Varietas jagung mempunyai dua jenis, yaitu jagung hibrida dan
jagung bersari bebas. Jagung hibrida memiliki banyak keunggulan antara lain
tahan terhadap jenis penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat, dan kualitas
serta kuantitas produksinya lebih baik. Bahkan, ada jagung hibrida yang dapat
mengeluarkan tongkolnya secara kembar sehingga hasil panennya menjadi berlipat
ganda.
Penyebaran varietas
unggul baru selama ini berjalan lambat, hal ini dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang bervariasi dari waktu ke waktu dan beragam pada berbagai
lokasi, namun jagung tipe hibrida sangat peka terhadap lingkungan tumbuhnya,
sedangkan keragaman penampilannya dipengaruhi oleh perbedaan susunan genetik
(Haryati, dkk. 2015). Petani masih enggan menggunakan jagung hibrida karena
harga yang sangat mahal, sehingga produksi jagung tidak dapat mencapai nilai
maksimum.
Sebelum ditanami
jagung, lahan tanam dibersihkan dari gulma dan tanaman liar (Agung, dkk. 2007).
Kegiatan tersebut termasuk dalam kegiatan pengolahan lahan, selain melakukan
pembersihan gulma, kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah pencangkulan dan
pemupukan pada lahan. Pencangkulan dilakukan dengan memindahkan tanah bagian
bawah sedalam 15-20 cm ke atas permukaan lahan, sementara pemupukan dilakukan
bertujuan untuk meningkatkan kandungan unsur hara yang ada pada lahan tanam.
Waktu pemberian pupuk yang paling efektif adalah bersamaan dengan kegiatan
pencangkulan, tetapi bisa juga dilakukan ketika akan membuat lubang tanam. Selain
kegiatan tersebut yang juga mendukung dalam teknologi budidaya adalah jarak
tanamnya.
Oleh karena itu jarak
tanam harus diatur untuk mendapatkan populasi yang optimum sehingga diperoleh
hasil yang maksimum (Febrina dalam
Setyowati, 2013). Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, karena
semakin panjang umurnya maka tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat.
Apabila jagung berumur lebih 100 hari maka jarak tanamnya dibuat 40cm x 100cm
dua tanaman per lubang, jagung berumur sedang sekitar 80-100 hari maka jarak
25cm x 75cm satu tanaman per lubang, dan jagung berumur pendek panen
BAB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara
“Teknologi Produksi Budidaya Jagung“ dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 1
Oktober 2016 pukul 15.00-selesai WIB di Agroteknopark Jubung.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1.
Benih jagung hibrida dan non hibrida
2.
Pupuk kandang atau kompos
3.
Pupuk Urea, SP 36, dan KCl
4.
Pestisida
3.2.2
Alat
1.
Gembor
2.
Timba
3.
Cetok
4.
Timbangan
5.
Meteran dan sebagainya.
3.3 Cara Kerja
1.
Melaksanakan teknologi budidaya jagung meliputi :
a) Menyiapkan
lahan dengan membersihkan tanah dari sisa-sisa tanaman dan gulma, kemudian
mengolah tanah secara intensif dengan membajak atau mencangkul sedalam 15-20 cm
sebanyak 2 kali, meratakan dan membuat saluran drainase.
b) Memelihara
tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan, penyiangan, pembubunan, dan
pengendalian hama dan penyakit.
c) Melakukan
penjarangan 1 minggu setelah tanam, menyisakan sesuai dengan perlakuan
d) Memupuk
menggunakan bahan organik, Urea, SP 36, dan KCl dengan dosis masing-masing 2
ton/ha, 250 kg/ha, 75 kg/ha, dan 50 kg/ha. Seluruh bagian SP 36 dan KCl serta
memberikan sepertiga bagian Urea saat tanam, sepertiga Urea lagi saat tanaman
berumur 4 minggu, dan sisa Urea sepertiga bagian saat tanaman berumur 6 minggu.
e) Melakukan
pengairan dengan penyiraman secukupnya setelah benih ditanam, kemudian
menjelang tanaman berbunga diperlukan air yang lebih banyak.
f) Melakukan
penyiangan setelah tanaman berusia 15 hari setelah tanam dan melakukan
penyiangan setiap 2 minggu sekali. Melakukan penyiangan pada tanaman jagung
yang masih muda dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat
(koret).
g) Melakukan
pembumbunan bersamaan dengan penyiangan pertama untuk memperkokoh posisi batang
tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas tanah.
Melakukan pembubunan berikutnya dilakukan saat tanaman berusia 6 minggu setelah
tanam, bersamaan dengan kegiatan pemupukan.
h) Melakukan
pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan hama dan penyakit yang ada. Untuk
menghindari penyakit bulai, melakukan pengendalian dengan perlakuan benih (seed
treatment), yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara merata
dengan takaran 2 gr metalaksil untuk setiap kg benih.
i)
Melakukan pemanenan pada umur 90-100
hari setelah tanam. Jagung yang sudah dapat dipanen mempunyai kelobot berwarna
kuning, biji sudah cukup keras dan mengkilap, apabila biji ditusuk dengan ibu
jari maka biji tersebut tidak berbekas, dan mempunyai kadar air biji sekitar
25%.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung.
2007. Budidaya Jagung Hibrida. Agromedia
Pustaka Tersedia: Jakarta.
Dewi,
S.S., S. Roedy, dan S.Agus. 2014. Kajian Pola Tanam Tumpangsari Padi Gogo
(Oryza Sativa L.) dengan Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt L.). Produksi Tanaman, 2(2): 137-144.
Gupta,
Km. Saroj dan N.S.R.G., 2012. Sustainability of Scientific Maize Cultivation
Practices in Uttar Pradesh, India. Agricultural
Technology, 8(3): 1089-1098.
Haryati,
Y. dan P.Karsidi. 2015. Implementasi Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Jagung
Hibrida (Zea Mays L.) Agrotrop, 5(1):
101-109.
J,
I.S. dan M.U.Shaibu. 2014. The Effect of Rainfall and Temperature on Maize
Yield in Kogi State, Nigeria. Asian
Journal of Basic dan Applied Sciences, 1(2): 37-43.
K,
G.C., K.Tika B., S.Jiban, dan A.Buddhi B. 2015. Status and Prospect of Maize
Research in Nepal. Maize Research and
Development, 1(1): 1-9
Meena,
B.L., M.R.P., M.R.R., S.Bhim. 2014. Popularization of Improved Maize (Zea Mays
L.) Production Technology Through Frontline Demonstrations in Semi Arid Zone
IVA of Rajasthan. Applied and Natural
Sciece, 6(2): 763-769.
Najiyati,
S. dan Danarti. 2000. Palawija Budidaya
dan Analisis Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta.
Permadi,
K. 2013. Pengaruh Pemberian Mikroba Probiotik Lokal terhadap Peningkatan
Produksi Jagung Hibrida. Agrotrop, 3(2):
27-34.
Pratama, H.W., B.Medha, dan G.Bambang. 2014. Pengaruh Ukuran Biji
dan Kedalaman Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Jurnal Produksi Tanaman, (2)7: 576-582.Reddy, R.J. dan
S.N.S. Impact of SRI Technology on Rice Cultivation and The Cost of Cultivation
in Mahabubnagar District of Andhra Pradesh. 2013. Scientific and Research, 3(1): 1-2.
Setyowati,
N. dan U.N.Wikan. 2013. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tiga Aksesi Jagung Pulut Lokal Maros. Agrotopika,
18(1): 1-7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar