PEMBIBITAN TANAMAN PADI
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajuakan
Guna Memenuhi Tugas Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian
Oleh
Kelompok : 3
Kelompok : 3
1.
Isabella
Krisna Irawan 151510601150
2. Salman
Al Farisi 151510601012
3. Krisnawati
151510601075
4. Ulfa
Husnul Chotima 151510601080
5. Arganesha
Satya Andika 151510601089
6. Maftuhatul
Hidayah
151510601094
7. Richie
Alfa M. 151510601123
8. Putri
Dwi Purnamasari 151510601137
9. Lia
Hesti Puji Wulandari 151510601169
10. Rollinda
M.C 151510601175
LABORATORIUM
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selain
intensitas cahaya, penggunaan berbagai campuran bahan untuk media tanam di
tingkat pembibitan juga memegang peranan yang penting mengingat pada stadia itu
tanaman berada pada tahap awal pembentukan akar (Wardiana 2009 dalam Nismawati 2013). Peranan bibit
sangat menentukan untuk memperoleh hasil produksi pertanian yang optimal.
Secara agronomi, benih disamakan dengan bibit karena fungsinya yang sama,
tetapi secara biologi bibit digunakan untuk menyebut benih yang telah
berkecambah.
Bibit
merupakan faktor produksi yang sangat penting, akan tetapi saat ini mutu dan
jumlahnya masih kurang (Ningrum, 2014). Menurut Kamil (1982), bibit merupakan
tumbuhan muda yang sangat menentukan untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Bibit
berkualitas ditandai oleh kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru,
dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di lapangan, sehat, dan seragam. Bibit
yang berkualitas sangat berperan terhadap hasil produksi karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Padi merupakan salah
satu tanaman pangan yang biasnya ditanam dengan menggunakan bahan tanam berupa
bibit.
Secara
agronomis, benih disamakan dengan bibit karena fungsinya sama, tetapi secara
biologis berbeda (Wirawan dkk, 2002).
Secara biologis bibit digunakan untuk menyebutkan benih yang sudah berkecambah.
Perkembangbiakan secara generatif, bibit umumnya didapatkan dari benih yang
telah disemaikan, sedangkan perkembangbiakan secara vegetative, bibit bisa
diartikan bagian tanaman yang berfungsi sebagai alat reproduksi, seperti umbi. Pembibitan
tanaman pada prinsipnya adalah mengelola sumber pembibitan, lokasi pembibitan
dan pengelolaan pembibita. Sumber daya produksi yang paling menentukan
keberhasilan pembibitan adalah sumberdaya manusia yang terampil, rajin, dan peduli
pada tanaman. Sumber daya produksi yang lainnya yang dibutuhkan dalam
pembibitan adalah pupuk kandang, polybag,
paranet, pestisida dan lain-lainnya. Jika salah satu dari bahan-bahan tersebut
tidak ada akan berdampak pada menurunnya mutu bibit yang nanti akan dihasilkan.
Tanah yang sudah diolah
dengan yang baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi (Aak, 1990). Syarat
lokasi untuk pembibitan yang baik adalah dekat dengan sumber air dan airnya
tersedia sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi musim kemarau. Pembibitan
yang dekat dengan jalan dapat memudahkan kendaraan roda empat dalam
pengangkutan keluar dan masuk lokasinya. Lokasi yang terpusat akan memudahkan
dalam perawatan dan pengawasan, sementara untuk luas lokasi pembibitan harus
disesuaikan dengan kebutuhan produksi bibitnya. Lahan pembibitannya diupayakan
datar dan berdrainase baik, teduk dan terlindung dari ternak. Pengelolaan
pembibitannya diantara lain, yaitu media tumbuh dalam polybag, cara penggantian polybag,
dan naungan. Memperoleh bibit padi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pembibitan basah dan kering. Pembibitan basah sendiri diartikan pembibitan yang
dilakukan pada lahan sawah di luar areal yang akan dipanen. Sebelum musim hujan
tiba pembibitan hendak disiapkan sekitar 25-30 hari sebelumnya. Hal tersebut
dapat disebut sistem culik, sementara penyuapan persemaian pada saat kemarau
dilakukan sebelum panen tanaman supaya bibit yang telah siap dan penyiapan
persemaian dapat segera dilakukan. Padi yang akan diterapkan maka penyiapan
persemaian untuk musim kemarau bisa dilakukan dengan sistem culik.
Menurut
Gani (2003) dan Abdullah (2004), penanaman bibit dengan jumlah yang relatif
lebih banyak (5-10 batang per rumpun, bahkan > 10 batang per rumpun)
menyebabkan terjadinya persaingan sesama tanaman padi (kompetisi inter spesies)
yang sangat keras untuk mendapatkan air, unsur hara, CO2, O2,
cahaya, dan ruang untuk tumbuh sehingga pertumbuhan akan menjadi tidak normal
(Misran, 2014). Hal tersebut biasanya mengakibatkan tanaman padi menjadi lemah,
mudah rebah, mudah terserang hama dan penyakit, dan lebih lanjut keadaan
tersebut dapat mengurangi hasil gabahnya. Jika penggunaan jumlah bibit yang
lebih sedikit yaitu satu sampai tiga batang per rumpun akan menyebabkan lebih
ringannya kompetisi inter spesies dan sedikitnya jumlah benih yang digunakan
sehingga mengurangi biaya produksi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasar
konsentrasi larutan uji.
2. Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode
pembibitan basah.
BAB II. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “
Pembibitan Tanaman Padi“ dilaksanakan pada Hari Kamis, 24 Maret 2016 pukul 15.00-selesai
di Agroteknopark Jubung.
2.2
Bahan dan Alat
2.2.1 Bahan
1. Benih
padi
2. Pupuk
3. Pupuk
ZA
4. Air
5. Jerami
2.2.2 Alat
1. Timba
2. Timbangan
3. Alat
tulis
4. Alat
penunjang kegiatan praktikum lainnya.
2.3
Cara Kerja
2.3.1. Menentukan Mutu Benih
1.
Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g
ZA dalam setiap liter air dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali
volume benih yang akan diuji.
2.
Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan
diuji ke dalam larutan sambil diaduk secara merata.
3.
Mengambil benih padi yang mengapung kemudian
timbang dan mencatat beratnya.
4.
Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga
yang tersisa tinggal benih padi yang tenggelam pada dasar timba. Menimbang dan mencatat
beratnya.
5.
Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan
air bersih, kemudian merendam benih padi yang telah dicuci dalam air bersih
selama 24 jam.
6.
Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan
benih padi siap untuk ditabur ke pesemaian.
2.3.2. Pembibitan Padi Secara Basah
1.
Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang
subur sesuai dengan baku teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan
pembibitan tinggi 20 cm lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan
kondisi lahan.
2.
Menaburkan benih padi yang telah lolos uji
secara merata pada media semai yang basah tetapi tidak menggenang. Bila
dikhawatirkan masih ada hujan tutup permukaan media semai menggunakan potongan
jerami setebal satu lapisan.
3.
Menjaga kondisi air selama berlangsungnya
kegiatan pembibitan dan melakukan kegiatan pemeliharaan lain sesuai dengan baku
teknis yang telah ditetapkan.
4.
Mencabut bibit setelah berumur 21 hari dan ikat
setiap kumpulan bibit sampai bibit siap diangkut dan ditanam di areal tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990. Budidaya
Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius.
Misran.
2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi
Sawah. Pertanian Terapan, 14(1): 40.
Ningrum,
M.K., S.Titin., dan Sudiarso. Pengaruh Naungan pada Teknik Pembibitan Bud Chip
Tiga Varietas Tebu (Saccharum Officinarum
L.). Produksi Tanaman, 2(3): 261.
Nismawati,
W. Retno., dan Irmasari. 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Bokasih
terhadap Pertumbuhan Semai Kemiri (Aleurites
moluccana (L.) Willd.). Warta Rimba, 1(1):
1.
Trisnadewi,
S.A.A.A., S.N.L.G., P.B.R.T., C.I.G.L.O., dan A.I.G.A.I. 2011. Peningkatan
Kualitas Jerami Padi melalui Penerapan Teknologi Amoniasi Urea sebagai Pakan
Sapi Berkualitas di Desa Bebalang Kabupaten Bangli. Udayana Mengabdi, 10(2): 72-74.
Tufaila,
M., dan A.Syamsu. 2014. Karakteristik Tanah dan Evaluasi Lahan untuk
Pengembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara. Agriplus, 24(2): 184-194.
Wirawan,
B., dan W. Sri. 2002. Memproduksi Benih
Bersertifikat. Bogor: Penebar Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar