Jumat, 29 September 2017

Laporan Praktikum Pembibitan Tanaman Padi




PEMBIBITAN TANAMAN PADI

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajuakan Guna Memenuhi Tugas Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian

Oleh
Kelompok :
3
1.      Isabella Krisna Irawan         151510601150
2.      Salman Al Farisi                      151510601012
3.      Krisnawati                               151510601075
4.      Ulfa Husnul Chotima              151510601080
5.      Arganesha Satya Andika        151510601089
6.      Maftuhatul Hidayah                151510601094
7.      Richie Alfa M.                         151510601123
8.      Putri Dwi Purnamasari            151510601137
9.      Lia Hesti Puji Wulandari         151510601169
10.  Rollinda M.C                           151510601175


LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016


BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Selain intensitas cahaya, penggunaan berbagai campuran bahan untuk media tanam di tingkat pembibitan juga memegang peranan yang penting mengingat pada stadia itu tanaman berada pada tahap awal pembentukan akar (Wardiana 2009 dalam Nismawati 2013). Peranan bibit sangat menentukan untuk memperoleh hasil produksi pertanian yang optimal. Secara agronomi, benih disamakan dengan bibit karena fungsinya yang sama, tetapi secara biologi bibit digunakan untuk menyebut benih yang telah berkecambah.
Bibit merupakan faktor produksi yang sangat penting, akan tetapi saat ini mutu dan jumlahnya masih kurang (Ningrum, 2014). Menurut Kamil (1982), bibit merupakan tumbuhan muda yang sangat menentukan untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Bibit berkualitas ditandai oleh kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di lapangan, sehat, dan seragam. Bibit yang berkualitas sangat berperan terhadap hasil produksi karena dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang biasnya ditanam dengan menggunakan bahan tanam berupa bibit.
Secara agronomis, benih disamakan dengan bibit karena fungsinya sama, tetapi secara biologis berbeda (Wirawan dkk, 2002). Secara biologis bibit digunakan untuk menyebutkan benih yang sudah berkecambah. Perkembangbiakan secara generatif, bibit umumnya didapatkan dari benih yang telah disemaikan, sedangkan perkembangbiakan secara vegetative, bibit bisa diartikan bagian tanaman yang berfungsi sebagai alat reproduksi, seperti umbi. Pembibitan tanaman pada prinsipnya adalah mengelola sumber pembibitan, lokasi pembibitan dan pengelolaan pembibita. Sumber daya produksi yang paling menentukan keberhasilan pembibitan adalah sumberdaya manusia yang terampil, rajin, dan peduli pada tanaman. Sumber daya produksi yang lainnya yang dibutuhkan dalam pembibitan adalah pupuk kandang, polybag, paranet, pestisida dan lain-lainnya. Jika salah satu dari bahan-bahan tersebut tidak ada akan berdampak pada menurunnya mutu bibit yang nanti akan dihasilkan.
Tanah yang sudah diolah dengan yang baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi (Aak, 1990). Syarat lokasi untuk pembibitan yang baik adalah dekat dengan sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi musim kemarau. Pembibitan yang dekat dengan jalan dapat memudahkan kendaraan roda empat dalam pengangkutan keluar dan masuk lokasinya. Lokasi yang terpusat akan memudahkan dalam perawatan dan pengawasan, sementara untuk luas lokasi pembibitan harus disesuaikan dengan kebutuhan produksi bibitnya. Lahan pembibitannya diupayakan datar dan berdrainase baik, teduk dan terlindung dari ternak. Pengelolaan pembibitannya diantara lain, yaitu media tumbuh dalam polybag, cara penggantian polybag, dan naungan. Memperoleh bibit padi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pembibitan basah dan kering. Pembibitan basah sendiri diartikan pembibitan yang dilakukan pada lahan sawah di luar areal yang akan dipanen. Sebelum musim hujan tiba pembibitan hendak disiapkan sekitar 25-30 hari sebelumnya. Hal tersebut dapat disebut sistem culik, sementara penyuapan persemaian pada saat kemarau dilakukan sebelum panen tanaman supaya bibit yang telah siap dan penyiapan persemaian dapat segera dilakukan. Padi yang akan diterapkan maka penyiapan persemaian untuk musim kemarau bisa dilakukan dengan sistem culik.
Menurut Gani (2003) dan Abdullah (2004), penanaman bibit dengan jumlah yang relatif lebih banyak (5-10 batang per rumpun, bahkan > 10 batang per rumpun) menyebabkan terjadinya persaingan sesama tanaman padi (kompetisi inter spesies) yang sangat keras untuk mendapatkan air, unsur hara, CO2, O2, cahaya, dan ruang untuk tumbuh sehingga pertumbuhan akan menjadi tidak normal (Misran, 2014). Hal tersebut biasanya mengakibatkan tanaman padi menjadi lemah, mudah rebah, mudah terserang hama dan penyakit, dan lebih lanjut keadaan tersebut dapat mengurangi hasil gabahnya. Jika penggunaan jumlah bibit yang lebih sedikit yaitu satu sampai tiga batang per rumpun akan menyebabkan lebih ringannya kompetisi inter spesies dan sedikitnya jumlah benih yang digunakan sehingga mengurangi biaya produksi.
1.2  Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasar konsentrasi larutan uji.
2. Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode pembibitan basah.



BAB II. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “ Pembibitan Tanaman Padi“ dilaksanakan pada Hari Kamis, 24 Maret 2016 pukul 15.00-selesai di Agroteknopark Jubung.

2.2 Bahan dan Alat
2.2.1 Bahan
1.      Benih padi
2.      Pupuk
3.      Pupuk ZA
4.      Air
5.      Jerami
2.2.2 Alat
1.      Timba
2.      Timbangan
3.      Alat tulis
4.      Alat penunjang kegiatan praktikum lainnya.

2.3 Cara Kerja
2.3.1. Menentukan Mutu Benih
1.      Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume benih yang akan diuji.
2.      Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji ke dalam larutan sambil diaduk secara merata.
3.      Mengambil benih padi yang mengapung kemudian timbang dan mencatat beratnya.
4.      Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih padi yang tenggelam pada dasar timba. Menimbang dan mencatat beratnya.
5.      Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan air bersih, kemudian merendam benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24 jam.
6.      Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan benih padi siap untuk ditabur ke pesemaian.

2.3.2. Pembibitan Padi Secara Basah
1.      Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan baku teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi 20 cm lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondisi lahan.
2.      Menaburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai yang basah tetapi tidak menggenang. Bila dikhawatirkan masih ada hujan tutup permukaan media semai menggunakan potongan jerami setebal satu lapisan.
3.      Menjaga kondisi air selama berlangsungnya kegiatan pembibitan dan melakukan kegiatan pemeliharaan lain sesuai dengan baku teknis yang telah ditetapkan.
4.      Mencabut bibit setelah berumur 21 hari dan ikat setiap kumpulan bibit sampai bibit siap diangkut dan ditanam di areal tanam.


DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius.
Misran. 2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. Pertanian Terapan, 14(1): 40.
Ningrum, M.K., S.Titin., dan Sudiarso. Pengaruh Naungan pada Teknik Pembibitan Bud Chip Tiga Varietas Tebu (Saccharum Officinarum L.). Produksi Tanaman, 2(3): 261.
Nismawati, W. Retno., dan Irmasari. 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Bokasih terhadap Pertumbuhan Semai Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.). Warta Rimba, 1(1): 1.
Trisnadewi, S.A.A.A., S.N.L.G., P.B.R.T., C.I.G.L.O., dan A.I.G.A.I. 2011. Peningkatan Kualitas Jerami Padi melalui Penerapan Teknologi Amoniasi Urea sebagai Pakan Sapi Berkualitas di Desa Bebalang Kabupaten Bangli. Udayana Mengabdi, 10(2): 72-74.
Tufaila, M., dan A.Syamsu. 2014. Karakteristik Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara. Agriplus, 24(2): 184-194.

Wirawan, B., dan W. Sri. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Bogor: Penebar Swadaya.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar