Jumat, 29 September 2017

Laporan Praktikum tentang MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT



Description: logo unej.png


MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT
                       
LAPORAN PRAKTIKUM


Diajukan Guna Memenuhi Laporan Mata Praktikum
Teknologi Produksi Tanaman
                                               
Oleh
Nama              : Isabella Krisna Irawan
NIM                : 151510601150
Golongan       : I
Kelompok      : 6

                                                           


LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
                              PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI                            
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kelapa sawit atau dengan bahasa latinnya Elaesis gueneensis, Jacq merupakan salah satu tanaman komoditas unggulan perkebunan Indonesia. Luas lahan kelapa sawit semakin tahunnya mengalami peningkatan, pada tahun 1990 luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 1.126.677 Ha, kemudian pada tahun 1996 luas lahannya meningkat mencapai 1.951.609 Ha, setelah itu pada tahun 2000 perkiraan luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai 2.703.314 Ha, dan pada tahun 2012 luas lahan kelapa sawit sudah mencapai sekitar 9.570.000 Ha. Dan Indonesia adalah salah satu Negara produsen utama kelapa sawit di dunia.
Mengingat kelapa sawit yang sangat memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia, diperlukan produktivitas tinggi dan berkelanjutan supaya terus dapat diproduksi sehingga dalam membudidayakannya perlu memerhatikan segala sesuatunya yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit misalnya pemilihan bibit yang bermutu supaya dapat mendukung kualitas produk yang tinggi. Morfologi kelapa sawit terdiri dari akar, batang, daun, buah, bunga, dan biji. Akar kelapa sawit dapat tumbuh ke bawah sampai 8 meter di tanah yang subur dan gembur, dan menyamping sepanjang 16 meter dengan catatannya apabila tanah memiliki sistem irigasi dan aerasi yang baik. Daun majemuk kelapa sawit tersusun menyirip dan membentuk pelepah, satu pohon kelapa sawit mempunyai 40-50 pelepah dan kebanyakan kelapa sawit liar mempunyai 60 pelepah.
Batang kelapa sawit tidak berkambium dan tidak pula bercabang kecuali pada tanaman kelapa sawit yang bersifat abnormal. Batang kelapa sawit terbungkus oleh pelepah daun dan tumbuh secara tegak lurus ke atas. Pertumbuhan tinggi batang kelapa sawit bisa mencapai 45 cm per tahunnya. Tanaman kelapa sawit rata-rata memiliki tinggi sekitar 14-18 meter, sedangkan kelapa sawit liar bisa mencapai lebih dari 30 meter. Batang kelapa sawit muda terbungkus oleh pelepah daun dan akan tampak setelah usia tanaman berumur 3 tahun. Biji kelapa sawit adalah bagianbuah yang sudah terpisah dari daging buah dan bisa disebut noten atau nut. Biji kelapa sawit terdiri dari 3 bagian penting, diantara lainnya cangkang, embrio, dan endosperm. Cangkang kelapa sawit terdiri dari tiga jenis, yaitu dura, tenera, dan pisifera.

1.2  Tujuan
  1. Mengetahui bagian morfologi tanaman kelapa sawit dengan benar
  2. Mengetahui bagaimana bentuk bagian tanaman kelapa sawit secara langsung.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan (Yohansyah dkk, 2013). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman industri andalalan bagi perekonomian Indonesia yang masih dapat bertahan ketika terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Selain itu juga merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menyumbang devisa besar bagi negara. Kelapa sawit adalah salah satu palmae yang dapat menghasilkan minyak nabati dan lebih dikenal dengan sebutan palm oil. Oleh sebab itu kelapa sawit menjadi penyumbang minyak nabati terbesar di dunia.
Perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah perkebunan yang relatif muda (Semangun, 2000). Kelapa sawit harus diremajakan setiap 25 tahun, sehingga di kebun-kebun lama saat ini terdapat tanaman generasi ke-2 atau ke-3. Semenjak pertengahan abad ke-19 tanaman kelapa sawit telah diperkenalkan di hampir seluruh tempat di Indonesia tetapi masih belum menarik minat masyarakatnya. Kelapa sawit telah dibudidayakan sebagai tanaman perkebunan pada tahun 1911 di Sumatera Utara yang dahulu disebut Sumatera Timur. Semenjak itu sekitar tahun 1970-an tanaman kelapa sawit di Indonesia semakin pesat dan menyebar luas ke segala penjuru di Indonesia.
Kelapa sawit adalah tanaman tropis yang tumbuh di iklim hangat pada ketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut (Udoetok, 2012). Kelapa sawit sudah dikembangkan sebagai tanaman perkebunan di Indonesia semenjak tahun 1011 sampai sekarang. Komoditas ini sangat cocok pada topografi di Indonesia, sehingga dapat tumbuh dengan pesat setiap tahunnya. Berikut merupakan morfologi dari tanaman kelapa sawit, diantaranya terdapat akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.
Kelapa sawit membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan dan produksi (Hannum dkk, 2014). Hal tersebut sangat mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit, terutama dalam pembentukan akar. Akar kelapa sawit harus dapat tumbuh dengan baik supaya dapat memperdalam dan memperkuat perakaran dengan tujuan agar batang nantinya dapat berdiri kokoh. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Kecambah kelapa sawit mempunyai akar tunggang kemudian akar tersebut akan berubah menjadi akar serabut setelah tanaman telah mencapai dua minggu sejak penanaman. Radikula pada bibit terus tumbuh memanjang ke bawah selama enam bulan secara terus-menerus kemudian panjang akarnya akan mencapai 15 cm. Akar kelapa sawit akan terus berkembang dan bercabang, mulai dari akar primer yang terdiri dari vertical ke dalam dan horizontal ke samping, kemudian kembali bercabang menjadi akar sekunder hingga akhirnya kembali bercabang lagi menjadi akar tersier dan selanjutnya seperti itu. Akar kelapa sawit dapat mencapai 8 meter secara vertikal sampai 16 meter secara horizontal.
Batang kelapa sawit merupakan limbah yang memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioethanol generasi kedua (Yuanisa dkk, 2015). Batang kelapa sawit memiliki fungsi diantaranya adalah struktur untuk mendukung daun, bunga, dan buah, juga dapat menjadi sistem pembuluh untuk mengangkut air, hara, mineral, serta hasil fotosintesis dari akar yang dibawa sampai ke semua bagian-bagian yang ada di kelapa sawit. Biasanya batang kelapa sawit berbentuk silindris dan tidak tampak sampai berumur mencapai 3 tahun karena batang yang masih terbungkus oleh pelepah daun yang masih belum dipangkas di tunas. Hal tersebut karena batang kelapa sawit akan terus dibungkus oleh pelepah daun sampai tanaman berumur mencapai 11-15 tahun, setelah tanaman mencapai umur tanam tersebut pelepah daun akan rontok dengan sendirinya. Batang tanaman kelapa sawit kan tumbuh tegak lurus atau disebut phototropi, ketinggian batang kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh banyak hal diantara lainnya adalah bahan tanam kelapa sawit, pemupukan, umur, iklim, dan kerapatan tanaman, tetapi tinggi ataupun pendeknya suatu tanaman tidak menentukan produksi sebab tidak didapatkan korelasinya.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang terkatagori tanaman toleran terhadap genangan, sampai 30 hari genangan tidak mengalami kerusakan yang parah pada daun (Dewi dalam Holidi, 2015). Daun berfungsi sebagai salah satu peran fotosintesis pada tanaman kelapa sawit. Daun kelapa sawit hampir mirip dengan bulu burung, pada pangkal pelepah daun membentuk baris duri yang tajam sekali dank eras di kedua sisinya. Terdapat anak-anak daun yang berbaris dua sampai ke ujung daun dan pada bagian tengah setiap anak daun terdapat lidi yang menjadi tulang daunnya. Daun kelapa sawit biasanya terdiri dari 250-400 helai daun. Setiap bulan kelapa sawit muda bisa menghasilkan 4-5 pelepah sementara kelapa sawit tua hanya mampu membentuk 2-3 pelepah.  
Produktivitas perkebunan kelapa sawit tergantung pada banyak faktor, termasuk titik awal penting dari kualitas bibit kelapa sawit kecambah yang berasal dari penyerbukan silang dari telapak tangan induknya yang dipilih digunakan untuk penanaman (Muhammad et al, 2014). Selain itu pemanenan yang tepat juga termasuk dari faktor produktivitas yang tinggi. Salah satu pemanenan yang tepat adalah memperhatikan kematangan buah. Kematangan buah pada saat pemanenan menggunakan istilah fraksi. Misalkan saja jika tandan yang dipanen masih tidak menampakkan adanya buah luar yang lepas artinya masih fraksi mentah, sedangkan jika buah luar sudah lepas sebesar presentase 12-25% artinya fraksi matang. Fraksi yang baik adalah fraksi 2 dan 3, yakni buah luar sudah lepas atau membrodol jatuh ke tanah sebesar presentase 65%. Kematangan buah dikategorikan dua macam, yakni matang morfologis dan matang fisiologis. Matang morfologis merupakan buah yang sudah sempurna bentuknya dan kandungan minyaknya sudah mencapai optimal, sementara kematangan fisiologis adalah buah bagian luar yang sudah lepas dari tandan dan jatuh ke tanah.
Pada kelapa sawit bagian buah yang menghasilkan minyak adalah daging kulit buahnya (mesocarp) dan bijinya sendiri (Sastrapradja, 2012). Daging buah kelapa sawit terdiri dari minyak, air, dan serat. Serat terdiri dari ellulose dan lignin, Kadar air dan mina dapat berubah sesuai dengan kematangan buah, sementara pada kadar seratnya hampir tidak mengalami perubahan, yakni 13% terhadap berat buah semenjak tiga bulan setelah anthesis sampai buah menjadi matang. Daging buah termasuk dari bagian kernel atau inti kelapa sawit. Morfologi buah kelapa sawit tersusun menjadi beberapa bagian yang meliputi eksoskarp, mesoskarp, endoskarp, dan kernel. Eksoskarp adalah kulit kelapa sawit, sementara mesoskarp merupakan serabut buah. Endoskarp yaitu cangkang dari kelapa sawit yang berfungsi untuk melindungi inti buah, sedangkan kernel adalah daging buat yang mengandung biji sebagai perkembangbiakan generatif tanaman.
Cangkang kelapa sawit ditandai untuk kegunaan sebagai penyaring dalam teknologi pengelolaan air, sebagai sebuah pengisi bahan dalam industri kontruksi (Okoroigwe et al, 2014). Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dari biji kelapa sawit itu sendiri. Tiap jenis kelapa sawit mempunyai bobot dan ukuran biji yang berbeda-beda dan biasanya biji kelapa sawit mempunyai periode dorman. Biji adalah bagian buah yang sudah terlepas dari daging buah dan lebih sering disebut nut atau noten yang memiliki ukuran tergantung pada jenis tanamannya. Perkecambahan kelapa sawit mampu berlangsung hingga lebih dari enam bulan dan keuntungan minyak yang didapatkan mencapai 50%, supaya perkecambahan bisa berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi diperlukan perlakuan pendahuluan atau pretreatment. Selain cangkang kelapa sawit yang merupakan salah satu bagian penting, terdapat pula embrio dan endosperm. Pada proses perkecambahan embrio akan berkembang setelah itu keluar melewati lubang pada cangkang, dan pada bagian pertama yang akan muncul adalah radikula dan plumula yang kemudian menyusul. Endosperm berperan sebagai cadangan makanan pada saat proses pertumbuhan embrio dalam cangkang.
Di pabrik penggilingan, ukuran cangkang yang digunakan pada biji kelapa sawit yang disediakan dalam rangka untuk memastikan penerimaan pasokan tertentu (Samuel et al, 2012). Ukuran cangkang kelapa sawit dapat dibedakan menurut jenis-jenisnya yang memiliki ketebalannya masing-masing, diantaranya adalah jenis dura, tenera, dan pisifera. Dura adalah cangkang yang memiliki ketebalan sekitar 3-5mm dan mempunyai daging buah yang tipis sehingga keuntungan minyak yang didapat hanya berkisar 15-17%. Jenis tenera adalah cangkang kelapa sawit agak tipis yaitu sekitar 2-3 mm dan mempunyai daging buah yang tebal serta keuntungan minyak yang didapatkan mencapai 21-23%, sedangkan jenis pisifera merupakan cangkang kelapa sawit yang sangat tipis bahkan lebih tipis daripada jenis tenera tapi jenis ini memiliki daging buah yang sangat tebal serta bijinya yang kecil. Keuntungan minyak yang didapat dari jenis pisifera sangat tinggi apabila dibanding dengan jenis cangkang lainnya yaitu >23%, pelepah buahnya selalu lepas sebelum matang sehingga jumlah minyak yang diperoleh sedikit.
  

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “ Morfologi Tanaman Kelapa Sawit “ dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2016 pukul 07.00-selesai WIB di Agrotechnopark Jubung.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Lembar kerja
2. Pensil
3. Pensil warna
3.2.2 Bahan
1. Pohon kelapa sawit

3.3 Cara Kerja
1. Mengamati tanaman kelapa sawit di suatu areal
2. Mengamati bagian morfologi tanaman kelapa sawit
3. Menggambar bentuk morfologi tanaman kelapa sawit di kertas kerja
4. Mewarnai gambar morfologinya
5. Memberi keterangan pada masing-masing bentuk gambar

DAFTAR PUSTAKA
A, Udoetok I. 2012. Characterization of Ash Made form Oil Palm Empty Fruit Bunches (OEFB). Environment Sciences, 3(1): 518-524.

Fauzi, Y., W.E.Yustina, S.Iman, dan P.R.H. 2012. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya: Jakarta.

Hannum, J., H. Chairani, dan G. Jonatan. 2014. Kadar N, P Daun dan Produksi Kelapa Sawit melalui Penempatan TKKS pada Rorak. Agroekoteknologi, 2(4): 1279-1286.
Holidi, S. Etty, Warjiyanto, dan Sutejo. 2015. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit pada Tanah Gambut Berbagai Ketinggian Genangan. Ilmu Pertanian, 18(3): 135-140.

Muhamad, H., A.T. Yew, K.N.S. Khatrina, A.M. Din, dan M.C. Yuen. 2014. Life Cycle Assessment for the Production of Oil Palm Seeds. Tropical Life Sciences Research, 25(2): 41-51.

Okoroigwe, E.C., S.C.M., dan K.P.D. 2014. Characterization of Palm Kernel Shell for Materials Reinforcement and Water Treatment. Chemical Engineering and Materials Science, 5(1): 1-6.

Samuel, O.D. dan A.A.G.F. 2012. Problems and Solutions involved in Oil Processing from Kernel Seeds. The Pacific Journal of Science and Technology, 13(1): 372-383.

Sastrapradja, S.D. 2012. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta.

Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka: Jakarta Selatan.

Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. Agromedia Pustaka: Jakarta Selatan.
Yohansyah, W.M. dan L. Iskandar. 2014. Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di PT Perdana Inti Sawit Perkasa I Riau. Agrohorti, 2(1): 125-131.
Yuanisa, A., U. Kafidul, dan W. Agustin Krisna. 2015. Pretreatment Lignoselulosa Batang Kelapa Sawit sebagai Langkah Awal Pembuatan Bioetanol Generasi Kedua: Kajian Pustaka. Pangan dan Agroindustri, 3(4): 1620-1626.

 

1 komentar:

  1. Poker Room - Kansas Speedway - JCK Hub
    Play online poker with 강릉 출장안마 your friends or family 서귀포 출장샵 for fun at JTM 광명 출장샵 Sports. Whether you're in the 나비효과 business of poker, or 문경 출장샵 live, the Kansas Speedway poker

    BalasHapus