Jumat, 29 September 2017

Laporan Praktikum tentang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan




PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM

Diajuakan Guna Memenuhi Tugas Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian

Oleh
Kelompok :
3
1.         Isabella Krisna Irawan          151510601150
2.         Salman Al Farisi                       151510601012
3.         Krisnawati                                151510601075
4.         Ulfa Husnul Chotima               151510601080
5.         Arganesha Satya Andika          151510601089
6.         Maftuhatul Hidayah                 151510601094
7.         Richie Alfa M.                          151510601123
8.         Putri Dwi Purnamasari             151510601137
9.         Lia Hesti Puji Wulandari          151510601169
10.     Rollinda M.C                            151510601175


LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016



BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama dan penyakit di lapang selalu ada sehingga perlu dikendalikan (Wirawan, dkk. 2002). Pengendalian hama dan penyakit bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara preventif dan kuratif. Cara preventif atau pencegahan adalah cara pengendalian dengan membuat pertumbuhan tanaman sesehat mungkin, contohnya memberikan pupuk secara seimbang dan melakukan sanitasi lingkungan supaya tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Cara kuratif merupakan cara pengendalian terhadap hama dan penyakit seperti menggunakan pestisida, gropyokan, dan eradikasi atau pencabutan atau pembuangan tanaman yang terserang. Hama, penyakit, dan gulma adalah organime pengganggu tanaman (OPT) yang merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman.
Gangguan tanaman padi yang penyebarannya sangat cepat ialah hama padi, karena dalam waktu yang sangat singkat populasi hama berkembang dengan cepat (Aak, 1990). Hama merupakan hewan yang menyerang tanaman dengan cara menggigit atau menggerogoti tanaman tersebut sehingga menyebabkan produksi tanaman menjadi menurun. Selain hama, terdapat juga organisme pengganggu tanaman lainnya diantaranya adalah gulma dan penyakit. Gulma merupakan tanaman atau tumbuhan yang tidak diharapkan kehadirannya karena mengganggu tanaman budidaya, dengan kehadiran tanaman pengganggu tersebut maka pertumbuhan tanaman budidaya menjadi kurang optimal karena tanaman pengganggu menyerang dengan memperebutkan unsur hara dan sinar matahari yang seharusnya didapatkan oleh tanaman budidaya. Penyakit adalah biasanya disebabkan oleh cendawan, bakteri, dan virus yang mengakibatkan tanaman budidaya menjadi terganggu kesehatannya sehingga tidak dapat menghasilkan produksi tanaman yang diharapkan.
Nilaparvata lugens Stâl, wereng batang coklat (WBC) merupakan serangga penghisap cairan tanaman padi (Oryza sativa L.) dan merupakan hama utama pada pertanaman padi di Indonesia dengan luas serangan yang mencapai 20.000 ha/tahun (Wonorahardjo, dkk. 2015). Wereng batang coklat selain berperan sebagai hama yang merusak secara langsung terhadap tanaman padi dengancara menghisap cairan tanaman padi tersebut, hama tersebut juga merupakan vektor penular penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar dan sangat sulit untuk dikendalikan. Selain wereng batang coklat, ada beberapa hama utama lainnya yang cukup sulit untuk dikendalikan, misalnya tikus, keongmas, penggerek batang, dan masih banyak lagi. Selain hama sebagai organisme pengganggu tanaman, ada juga
Pengendalian hama merupakan prioritas utama setelah padi ditanam di lapangan karena kegagalan pengendalian akan menurunkan produksi secara nyata (Baehaki, 2011). Organisme pengganggu tanaman (OPT) jika berada pada suatu lahan pertanian akan sangat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang sedang dibudidayakan, hal tersebut karena antara tanaman yang dibudidayakan dengan OPT saling bersaing untuk mendapatkan makanan, serat, dan tempat perlindungan ataupun juga mengganggu dengan cara merusak, oleh sebab itu untuk mengatasi dibutuhkan upaya pengendalian yang terpadu untuk mengatasi menjaga kualitas tanaman budidaya.
Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dianggap sebagai teknologi yang tepat dan potensial untuk mengendalikan hama sekaligus mengurangi resiko penggunaan pestisida yang berbahaya bagi lingkungan (Gurr dalam Gunawan, 2015). Hal tersebut dilakukan supaya tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan optimal sehingga dapat menghasilkan produksi tanaman yang diharapkan oleh para petani. Pengendalian OPT merupakan tindakan untuk mencegah kerugian terhadap tanaman yang sedang dibudidayakan yang diakibatkan oleh OPT. tujuannya adalah menghindari kerugian ekonomi yang berupa kehilangan hasil panen sera penurunan kualitas mutu produk panen tersebut.


1.2 Tujuan
1.      Mengetahui cara pemantauan, pengamatan, dan pengendalian OPT di sawah.
2.      Mengetahui nilai ambang ekonomi beberapa serangga yang menyerang tanaman padi.


BAB II. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan“ dilaksanakan pada Hari Kamis, 28 April 2016 pukul 15.00-selesai WIB di Agroteknopark Jubung.

2.2 Bahan dan Alat
2.2.1 Bahan

2.2.2 Alat
1. Kuadran
2. Tali rafia
3. Jaring serangga
4. Gelas plastik
2.3 Cara Kerja
1.      Menentukan petak contoh (sampel) dengan ukuran 2x2 m.
2.      Melakukan pengamatan OPT (hama dan penyakit) pada petak contoh dengan menggunakan jaring serangga.
3.      Memasukkan serangga yang diperoleh dalam gelas plastik.
4.      Menentukan antara serangga yang merugikan dan serangga yang menguntungkan.
5.      Menghitung jumlah serangga yang merugikan dan menguntungkan berdasarkan spesiesnya, kemudian menghitung rata-rata dengan kelompok masing-masing.
6.      Berdasarkan hasil yang didapat, kemudian menentukan apakah lahan tersebut perlu dikendalikan atau tidak perlu dikendalikan berdasarkan ambang ekonomi serangga tersebut.
7.      Nilai ambang ekonomi beberapa serangga yang menyerang tanaman padi.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius.

Baehaki. 2011. Strategi Fundamental Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat dalam Pengamanan Produksi Padi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(1): 63-75.

Gunawan, C.S.E., M.G., dan A.L.Pantja. 2015. Kelimpahan Populasi Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. (Homoptera: Delphacidae) dan Laba-laba pada Budidaya Tanaman Padi dengan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dan Konvensional. HPT, 3(1) : 117-122.

Wirawan, B., dan W. Sri. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Bogor: Penebar Swadaya.

Wonorahardjo, Surjani, Nurindah, S.A.D., Sujak, dan Z.Neena. 2015. Analisis Senyawa Volatil dari Ekstrak Tanaman yang Berpotensi sebagai Atraktan Parasitoid Telur Wereng Batang Coklat, Anagrus nilaparvatae (Pang et Wang) (Hymenoptera: Mymaridae). Entomologi Indonesia, 12(1) : 48-57.




 


Laporan Praktikum tentang Pemupukan Tanah Sawah




PEMUPUKAN TANAH SAWAH
LAPORAN PRAKTIKUM

Diajuakan Guna Memenuhi Tugas Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian

Oleh
Kelompok :
3
1.         Isabella Krisna Irawan          151510601150
2.         Salman Al Farisi                       151510601012
3.         Krisnawati                                151510601075
4.         Ulfa Husnul Chotima               151510601080
5.         Arganesha Satya Andika          151510601089
6.         Maftuhatul Hidayah                 151510601094
7.         Richie Alfa M.                          151510601123
8.         Putri Dwi Purnamasari             151510601137
9.         Lia Hesti Puji Wulandari          151510601169
10.     Rollinda M.C                            151510601175


LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016




BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pemeliharaan tanaman yaitu penyiangan dengan cara manual (Yuniarti, 2015). Tanaman padi yang dipelihara dengan baik dapat membuahkan hasil yang memuaskan, sesuai dengan yang diharapkan kalangan petani. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari beberapa pekerjaan dan salah satunya adalah pemupukan. Pemupukan sangat perlu diperhatikan karena berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman padi, supaya pertumbuhan tanaman padi tersebut dapat tumbuh secara optimal sehingga dapat menghasilkan produksi tanaman yang baik pula serta produksi tanaman yang diharapkan oleh kalangan petani.
Unsur hara yang terkandung pada setiap bahan untuk melengkapi unsur hara yang ada pada tanah yang diperlukan tanaman, dinamakan pupuk (Aak, 1990). Tanaman padi membutuhkan makanan atau hara untuk fase pertumbuhan dan perkembangannya. Tujuan penggunaan pupuk adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan tanaman padi itu sendiri. Pupuk mengandung berbagai unsure hara yang sangat berperan penting dalam kehidapan tanaman, baik pada proses pertumbuhan maupun proses produksinya. Hal tersebut karena pupuk merupakan cadangan makanan bagi tanaman, untuk pertumbuhan tanaman tersebut, selain itu juga untuk mempertahankan kehidupan tanaman, serta untuk proses reproduksi tanaman.
Pemupukan berarti cara-cara atau metode serta usaha-usaha yang dilakukan dalam pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau ke tanaman yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang normal (Hasibuan dalam Khair; 2012). Pupuk yang umumnya digunakan kalangan petani adalah pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam atau pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman, baik yang berasal dari sisa tanaman padi berupa jerami ataupun bahan yang bersal dari tanaman lainnya seperti pupuk hijau. Pupuk yang berasal dari kotoran hewan biasanya disebut pupuk kandang, sementara sisa tanaman disebut pupuk kompos karena pupuk tersebut dikomposkan atau dapat langsung dibenamkan terlebih dahulu. Pupuk hijau yang dibenamkan dapat menambahkan kesuburan tanah, meskipun kadar hara yang dimiliki rendah tetapi tetap dibutuhkan tanaman terutama untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk kandang dapat digunakan setelah mengalami proses peruraian atau pematangan terlebih dahulu dan disebarkan kurang lebih dua minggu sebelum ditanam atau dapat juga diberikan menjelang pengolahan tanam, sedangkan pembenaman jerami sebaiknya dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam. Pupuk kandang untuk menjaga kesuburan tanah diperlukan sebanyak 5 ton/Ha atau lebih, sedangkan jerami sebanyak 1 ton atau lebih. Pupuk buatan sengaja dibuat dari bahan kimia untuk menambah atau menggantikan unsur hara yang hilang terserap oleh pertanaman sebelumnya, tercuci oleh aliran air, atau bereaksi dengan unsur kimia lainnya. Fungsi pupuk buatan adalah menambah hara pada lahan miskin hara terutama unsure hara pokok yang biasa diserap tanaman dalam jumlah besar. Perlakuan pemupukan yang efisien perlu memperhatikan seperti peranan dan kebutuhan hara tanaman, respon varietas padi terhadap pemupukan, waktu dan cara pemupukan, serta dosis dan macam pupuk.
Pemupukan dilakukan untuk memperbaiki ketersediaan hara dalam tanah (Wirawan, dkk. 2002). Awal pertumbuhan vegetasi, kebutuhan tanaman akan hara terutama unsur nitrogen atau N sangat besar yang dibutuhkan. Adapun pupuk fosfor atau P dan kalium atau K merupakan pupuk yang dibutuhkan tanaman pada fase reproduktif, terutama pada masa pembungaan dan pengisian benih. Dosis pupuk hendaknya diperhatikan dengan menyesuaikan tingkat kesuburan tanah yang ada. Selain itu juga untuk pertumbuhan tanaman, pupuk pun sangat berpengaruh terhadap produksi tanamannya.
Peningkatan produksi dilakukan melalui berbagai cara diantaranya adalah penggunaan varietas unggul yang disertai dengan pemenuhan kebutuhan unsur hara (Sakhidin, dkk. 2013). Kebutuhan unsur memang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhannya supaya dapat tumbuh dengan baik, sehingga ketika pemupukan sangat perlu diperhatikan. Ada prinsip lima tepat pemupukan yang dapat memberikan hasil yang berkualitas bagi produksi tanaman, antara lain adalah tepat jenis atau macam, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat, dan tepat cara. Prinsip lima tepat pemupukan tersebut sangat berperan penting dan dapat mempengaruhi hasil produksi yang didapatkan, sehingga diperlukannya penerapan lima tepat pemupukan supaya tanaman dapat tumbuh dengan baik, tanahnya pun dapat digunakan secara berkelanjutan. Ada beberapa tujuan dari pemupukan, antara lain dapat mengatasi kekurangan hara, memberikan status keharaan yang tinggi yang baik bagi tanaman, mempertahankan status kesuburan tanah yang optimum, dan meningkatkan kualitas tanaman.

1.2  Tujuan
1.      Mengetahui cara pemupukan tanah sawah
2.      Menerapkan lima tepat pemupukan di sawah dengan rekomendasi pemupukan yang telah diuraikan.


BAB II. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “Pemupukan Tanah Sawah“ dilaksanakan pada Hari Kamis, 21 April 2016 pukul 15.00-selesai WIB di Agroteknopark Jubung.

2.2 Bahan dan Alat
2.2.1 Bahan
1. Pupuk urea
2. Pupuk SP36
3. Pupuk phonska
2.2.2 Alat
1. Timba
2. Alat penunjang kegiatan praktikum lainnya
2.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan masing-masing pupuk yang akan digunakan sesuai dengan jenis dan dosisnya
2. Melakukan pemupukan ke areal pertanaman atau sawah dengan cara ditebar secara merata


DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius.

Alavan, Ade. 2015. Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.). Floratek, 10: 61-68.

Dewi, N.L.P.K. 2016. Analisis Tingkat Keuntungan Usahatani Padi Sawah sebagai Dampak dari Adanya Subsidi Pupuk di Kabupaten Tabanan. Agribisnis dan Agrowisata, 5(1): 1-10.

Khair, Hadriman. H.Hasmawi, dan A. Ridho. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Beberapa Benih Asal Klon Kakao (Theobroma cacao L.) di Pembibitan. Agrium, 17(3): 218-226.

Sakhidin, Darudriyo, dan Kharisun. 2013. Komponen Hasil dan Hasil Empat Varietas Padi pada Beberapa Dosis Pemupukan Anjuran. Agrin, 17(1): 122-129.

Syahri, dan S.R.U. 2013. Respon Pertumbuhan Tanaman Padi terhadap Rekomendasi Pemupukan PUTS dan KATAM Hasil Litbang Pertanian di Lahan Rawa Lebak Sumatera Selatan. Lahan Suboptimal, 2(2): 170-180.

Wirawan, B., dan W. Sri. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Bogor: Penebar Swadaya.

Yuniarti, Silvia. 2015. Respons Pertumbuhan dan Hasil Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Gogo di Kabupaten Pandeglang, Banten. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(4): 848-851.