PENANAMAN
PADI SAWAH
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajuakan
Guna Memenuhi Tugas Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian
Oleh
Kelompok : 3
Kelompok : 3
1.
Isabella
Krisna Irawan 151510601150
2.
Salman Al Farisi 151510601012
3.
Krisnawati 151510601075
4.
Ulfa Husnul Chotima 151510601080
5.
Arganesha Satya Andika 151510601089
6.
Maftuhatul Hidayah 151510601094
7.
Richie Alfa M. 151510601123
8.
Putri Dwi Purnamasari 151510601137
9.
Lia Hesti Puji
Wulandari 151510601169
10.
Rollinda M.C 151510601175
LABORATORIUM
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengaruh sistem tanam
padi sebagai salah satu komponen budidaya yang berpengaruh terhadap hasil dan
pendapatan, ternyata kompleks (Makarim dalam
Ikhwani; 2013). Sistem tanam sangat berperan penting dalam tahap penanaman padi.
Hal tersebut karena sistem tanam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman padi, misalnya dalam pengambilan nutrisi jika sistem tanamnya tidak
tepat maka pengambilan nutrisi tanaman padi yang satu dengan yang lain saling
berkompetisi sehingga pertumbuhannya tidak seimbang dan mengakibatkan hasil
tanaman padinya tidak baik pula, tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sistem
tanam perlu mendapatkan perhatian karena berperan penting dalam tahap penanaman
supaya tanaman padi yang akan ditanam dapat tumbuh dengan baik dan hasilnya
baik pula.
Penanaman
dilakukan secara beraturan untuk memudahkan pemeliharaan (pemupukan,
pengendalian hama, dan penyakit), pembersihan tanaman (pengendalian gulma), dan
pelaksanaan roguing (Wirawan, dkk. 2002). Hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman bibit padi antara
lain, persiapan lahan, umur bibit, dan tahap penanaman. Lahan yang tanahnya sudah
diolah dengan cara yang baik, lahan yang telah siap untuk ditanami bibit padi.
Umur bibit yang telah cukup di persemaian dan sesuai dengan jenis padi maka
bibit tersebut bisa segera dipindahkan ke lahan dengan cara mencabut bibit.
Tahap penanaman terbagi menjadi dua bagian, yaitu memindah bibit dan menanam.
Bibit di persemaian yang sudah berumur mencapai sekitar 17-25 hari bisa segera
dipindahkan ke lahan yang sudah disiapkan. Umur bibit tergantung pada jenis
padinya, misalnya genjah atau dalam, semakin genjah umur tanaman padi maka akan
semakin pendek waktu dalam persemaian dan sebaliknya. Pemindahan dilakukan dari
persemaian ke sawah dapat dengan cara mencabut bibit terlebih dulu, baru bibit
dapat dibawa ke sawah bisa dengan menggunakan keranjang. Pencabutan bibit dari
persemaian, sebelum melakukan pencabutan maka persemaian tersebut harus
digenangi air lebih dulu selama 2-3 hari, tujuannya untuk melunakkan tanah
sehingga pencabutan bibit dapat dilakukan dengan mudah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menanam bibit padi, yaitu sistem larikan, jarak tanam,
hubungan tanaman, jumlah tanaman tiap lubang, kedalaman menanam bibit, dan cara
menanam.
Penanaman
bibit padi akan kelihatan rapi apabila dilakukan dengan sistem larikan (Aak, 1990).
Hal tersebut bila diterapkan akan mempermudah proses pemeliharaan, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, serta perlakuan lainnya yang menjadi lebih baik
dan cepat, terutama ketika penyiangan. Penanaman padi dengan sistem larikan
atau berbaris ini umumnya menggunakan alat yang berupa tali, alat penggaris,
dan bambu berpaku yang sekaligus bisa digunakan untuk mengukur jarak tanam.
Tujuan dalam memperhatikan hal-hal dalam menanam bibit padi, seperti sistem
larikan, jarak tanam, hubungan tanaman, jumlah tanaman tiap lubang, dan
kedalaman menanam bibit, yaitu supaya tiap tanamannya bisa memperoleh sinar
matahari dan zat makanan atau unsur hara secara merata, mempermudah
pemeliharaan terutama ketika penyiangan dan pemupukan, dan kebutuhan bibit atau
pemakaian benih dapat diketahui secara mudah.
Salah
satu cara untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik adalah dengan mengatur jarak
tanam yang lebih lebar, karena persaingan dalam memperoleh unsur hara, air dan
sinar matahari diantara tanaman menjadi lebih rendah (Guritno dalam Muyassir; 2012). Jarak tanam yang
rapat daun tanamannya cenderung berhimpitan sehingga menyebabkan kurang
maksimalnya tanaman padi menerima sinar matahari, sedangkan tingkat laju
asimilasi bersih sangat dipengaruhi oleh penyebaran sinar matahari pada tajuk
tanaman. Adanya daun yang saling menaungi satu sama lain akan menyebabkan
kurangnya laju asimilasi bersih. Intensitas, lamanya penyinaran, dan kualitas
sinar matahari sangat mempengaruhi proses fotosintesis, jika daun saling
menutupi maka sinar matahari tidak dapat diteruskan pada bagian daun yang
berada di bawahnya sehingga daun tersebut akan mengalami gangguan pada proses
fotosintesisnya.
Jarak
tanam yang optimum akan memberikan pertumbuhan bagian atas tanaman yang baik
sehingga cahaya matahari dan pertumbuhan bagian bawah tanaman yang juga baik
sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak unsur hara (Sohel dalam Hatta; 2011). setiap lubang, pemakaian bibit tiap lubang
antara 2-3 batang. Kedalaman penanaman bibit perlu diperhatikan karena bibit
yang ditanam terlalu dalam ataupun terlalu dangkal menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang baik. Penanaman bibit yang terlalu dalam menyebabkan batang pada
tanaman mudah membusuk sehingga dapat mengganggu kesehatan tanaman, sementara
penanaman bibit yang terlalu dangkal menyebabkan sistem perakaran tanaman padi
kurang kuat sehingga tanaman tersebut mudah rebah. Kedalaman penanaman yang
baik 3-4cm. Cara menanam padi yang baik dan tepat diawali dengan menggaris
tanah atau dapat menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam,
setelah itu mulai melakukan penanaman padi secara baik.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
cara penanaman padi
2. Mengetahui
berbagai macam sistem penanaman padi
BAB
II. METODE PRAKTIKUM
2.1
Waktu dan Tempat
Praktikum acara
“Penanaman Padi” dilaksanakan pada Hari Kamis, 14 April 2016 pukul
15.00-selesai di Agroteknopark Jubung.
2.2
Bahan dan Alat
2.2.1 Bahan
1. Bibit padi
2.2.2 Alat
1. Tali rafia
2. Alat penunjang kegiatan praktikum
lainnya
2.3
Cara Kerja
1. Mengambil
tali rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanam yang digunakan
2. Membentangkan
tali rafia di lahan
3. Menanam
bibit padi sesuai dengan pola jarak tanam yang ditandai pada tali rafia
4. Menggeser
tali rafia ke arah belakang (padi dengan pola mundur), sesudah satu baris
tertanami semua
5. Menanam
baris berikutnya hingga seluruh lahan petak kelompok ditanami
DAFTAR
PUSTAKA
Aak.
1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta:
Kanisius.
Hatta,
Muhammad. 2011. Pengaruh Tipe Jarak Tanam terhadap Anakan, Komponen Hasil, dan
Hasil Dua Varietas Padi pada Metode SRI. Floratek,
6: 104-113.
Hatta,
Muhammad. 2012. Uji Jarak Tanam Sistem Legowo terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Beberapa Varietas Padi pada Metode SRI. Agrista,
16(2): 83-93.
Ikhwani,
P.G.Restu, P.Eman, dan M.A.K. 2013. Peningkatan Produktivitas Padi melalui
Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Iptek
Tanaman Pangan, 8(2): 72-79.
Muyassir,
2012. Efek Jarak, Umur, dan Jumlah Bibit terhadap Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). Manajemen Sumberdaya Lahan, 1(2):207-212.
Sinaga,
Y.P.A., Razali, dan S.Mariani. 2014. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Padi Sawah
Tadah Hujan (Oryza sativa L.) di
Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Agroekoteknologi,
2(3): 1042-1048.
Wirawan,
B., dan W. Sri. 2002. Memproduksi Benih
Bersertifikat. Bogor: Penebar Swadaya.
Wirawan,
K.A., K.I., S.B., dan A.I.G.G.A. 2014. Analisis Produktivitas Tanaman Padi di
Kabupaten Badung Provinsi Bali. Manajemen
Agribisnis, 2(1): 76-90.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar